Alasan Fluidic Energy Inc Bangun Pabrik di Indonesia

Jumpa pers PT Fluidic Energy Indonesia
Sumber :
  • VIVAnews/Arie Dwibudiawati.
VIVAnews
Jayabaya Ramal Soal Sosok Pemimpin Bangsa yang Bijaksana, Begini Katanya
- Perusahaan produsen baterai asal Amerika Serikat, Fluidic Energy Inc, melirik Indonesia sebagai lokasi investasi pabrik yang memproduksi baterai ramah lingkungan. Fluidic menggelontorkan dana yang cukup besar untuk mendirikan pabrik yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat.

Ford Bronco: Dari Populer Menjadi Mobil Paling Dibenci

Presiden Komisioner PT Fluidic Indonesia, Lo Hengky Senjaya, Kamis malam, 29 Agustus 2013, menyatakan perusahaannya mencermati bahwa Indonesia telah mengalami perkembangan pesat dalam bidang telekomunikasi. Namun, sayangnya peralatan telekomunikasi Indonesia masih banyak dipasok dari luar negeri.
Bobol Brankas Majikan, ART di Kota Malang Bawa Kabur Berlian dan Ratusan Juta Rupiah


"Kami punya komitmen di dunia industri telekomunikasi dengan membuat pabrik di Indonesia," ujar Hengky dalam jumpa pers di Hotel Shangrila, Jakarta.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Mitra Raharja, Rama Datau, menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam dengan kualitas unggul untuk bahan baku pembuatan fluidic.

"Zinc (seng) yang ada di Indonesia kualitasnya lebih bagus dibandingkan standar kualitas negara asal pembuat fluidic," kata Rama.


Hal ini, kata Rama, mendororng Fluidic Energy Inc, dan PT Mitra Raharja Sejahtera membentuk perusahaan patungan yang bernama PT Fluidic Indonesia dan membangun pabrik di Bogor pada tahun 2010.


Sejak Juli 2011, hampir seluruh komponennya telah diproduksi di Indonesia. Di sana, Fluidic mulai memproduksi baterai dengan sistem penyimpan energi listrik sebagai sistem catu daya cadangan (
back up power system
) yang digunakan dalam industri telekomunikasi.


President Director
PT Fluidic Indonesia, Dennis Thomsen, menambahkan, dalam dua tahun ini, perusahaan telah menggelontorkan modal jutaan dolar AS untuk membangun pabrik.


"Investasinya US$25 juta. Kami juga menciptakan lowongan pekerjaan di bidang
chemical, quality control, supply chain,
dan
engineering,
" kata Thomsen.


Sejak bulan Juli 2013, Indonesia menjadi satu-satunya negeri produsen dan pemasok perangkat catu daya canggih ini di kawasan Asia.


Apa itu Fluidic?

Fluidic adalah baterai berbasis oksida logam yang dapat diisi ulang. Teknologi ini adalah hasil riset unggulan sejak tahun 2005. Departemen Energi AS, melalui ARPA-E (
Advance Research Project Agency-Energy
) telah melakukan investasi cukup besar pada teknologi ini dan penerapannya. Teknologi intinya telah dipaten pada lebih dari 70 negara di seluruh dunia. Paten ini merupakan terobosan dan inovasi teknologi sistem catu daya listrik cadangan yang cerdas dan ramah lingkungan.


Sebagai catu daya cadangan (
backup power
), pada kondisi tertentu, baterai ini memiliki kelebihan dibanding sistem catu daya cadangan lainnya, seperti genset, baterai asam sulfat, termasuk keterbatasan dalam hal kedalaman
discharge
(
DoD, depth of discharge
),
self discharge
atau penguapan. Usia batere ini tidak terpengaruh oleh
cycle
(jumlah
charge
dan
discharge
), umur operasi relatif lebih lama (6.500 jam) dan lebih tahan terhadap temperatur tinggi.


Baterai fluidic ini dilengkapi dengan sistem telemetering dan merupakan salah satu baterai pertama di dunia yang menggunakan teknologi cerdas sehingga dapat dimonitor dan dikendalikan dari jarak jauh.


Hal ini menambah daya saing terhadap teknologi catu daya tradisional lainnya seperti genset dan baterai biasa. Selain itu, keunggulan baterai ini adalah ramah lingkungan karena tidak mencemari udara atau menyebabkan kontaminasi air tanah.


"Baterai ini juga tidak sensitif terhadap panas. Jadi, cocok dengan kondisi negara kita," kata Rama.


Kini, salah satu provider telekomunikasi di Indonesia, Indosat, menggunakan baterai ini sebagai catu daya listrik di dua ratus lebih menara BTS yang ada di wilayah Sumatera dan Jawa.


Nantinya, baterai ini juga akan dipasang di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua pada tahun depan. "Kami akan memasangnya di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua," kata Chief Technology Officer Indosat, Hanz Moritz. (sj)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya