BPS: Jaga Pasar Ekspor, RI Harus Tingkatkan Kualitas

Petani kelapa sawit.
Sumber :
  • ANTARA/Rony Muharrman
VIVA.co.id
Cari Data Investasi Lebih Akurat BKPM Gandeng BPS
- Penguatan dolar Amerika Serikat berdampak kepada nilai tukar rupiah, yang menduduki posisi terlemah kedua setelah ringgit Malaysia. Meski rupiah masih lebih baik dan terkendali dari ringgit, produk ekspor nasional mengalami persaingan ketat dengan produk negeri jiran itu.

Jawa Sumbang 58,1 Persen Ekonomi RI di Kuartal II 2016

Hal itu karena produk Malaysia menjadi lebih kompetitif di pasar ekspor. Harganya lebih rendah akibat pelemahan ringgit. Oleh karena itu, Indonesia harus meningkatkan kualitas produk agar dapat bersaing dengan Malaysia.
Pendapatan Usaha Naik, Optimisme Pelaku Bisnis Meningkat


"Tapi, Indonesia tak perlu mengkhawatirkan pasar ekspor produknya direbut oleh Malaysia. Pasar tak selalu melihat kondisi harga suatu produk, melainkan juga kualitas yang ditawarkan dari produk-produk ekspor tersebut," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, BPS, Sasmito Hadi Wibowo di Jakarta, Selasa 1 September 2015.


Dia mengatakan, Indonesia dan Malaysia merupakan pemain di pasar global dan produsen utama produk seperti kelapa sawit dan karet.


"Depresiasi mata uang memicu persaingan harga. Tapi, kalau mereka melemah dan kita juga melemah, nanti tinggal bermain di kualitas produknya. Ini yang dijaga agar pasar ekspor kita bertahan," ujarnya.


Sasmito optimistis rupiah akan bisa menguat dalam waktu dekat. Akan tetapi, dikatakannya, Malaysia lebih unggul dibanding Indonesia untuk hilirisasi. Oleh karena itu, Indonesia, dia melanjutkan, harus mulai meningkatkan proses hilirisasi.


"Produk turunan lebih banyak mereka. Kalau misalnya kelapa sawit, kita ekspor ke Malaysia, dia lebih ke hilir, kita ke hulu. Jadi, kita harus bisa meningkatkan proses hilirisasi supaya dapat bersaing di tingkat dunia," ucap dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya