- Reuters
VIVA.co.id - Dana Moneter Internasional (International Monetery Fund/ IMF) tidak selalu menawarkan dana pinjaman sebagai solusi bagi sejumlah negara yang terancam mengalami krisis ekonomi.
Hal ini disampaikan Direktur Operasional IMF, Christine Lagarde, saat berada di Universitas Indonesia Salemba, Jakarta, Selasa 1 September 2015.
Lagarde menyatakan, pihaknya baru akan memberikan bantuan pinjaman apabila ditemukan indikasi ketidakstabilan makro ekonomi maupun kebijakan fiskal yang dialami suatu negara.
"Selama ini, IMF selalu diasosiasikan sebagai pemberi pinjaman. Kami tegaskan, kami baru akan memberi fasilitas itu jika negara itu benar-benar membutuhkannya. Kalau kondisi baik-baik, kita tidak akan involve," kata Lagarde.
Dalam mengindentifikasi kondisi perekonomian sebuah negara, Lagarde menuturkan, pihaknya akan terlebih dahulu melakukan sejumlah pendekatan, misalnya dengan pengawasan (surveillance) dan bantuan teknis (technical assistance).
"Biasanya kami datang ke 188 negara anggota. Berbicara mengenai kondisi perekonomian terkini dan membantu memberikan masukan atas kebijakan yang setidaknya bisa membantu masalah ekonomi yang terjadi di negara tersebut," ujar Lagarde.
Pada pendekatan pengawasan, kata Lagarde, IMF akan terlebih dahulu mengajak diskusi negara terkait. Sementara itu, untuk pendekatan bantuan teknis, yakni dengan membantu sebuah negara terutama di sektor yang krusial.
Meski demikian, dia menilai kondisi Indonesia saat ini masih menunjukan ekonomi yang relatif positif. Sebab, ada beberapa indikator yang menunjukkan hal tersebut.
"Kebijakan fiskal Indonesia aman. Defisit neraca juga berjalan dengan baik. Disiplin fiskal dan juga pertumbuhan ekonomi selalu berjalan beriringan," katanya. (ase)
Menko Darmin Antisipasi Proyeksi Muram IMF
RI akan berupaya keluar dari tendensi ekonomi Dunia.
