Proyek Kereta Cepat, Menhub: Keamanan Penumpang Diutamakan

Maglev MLX01, prototipe kereta api tercepat di dunia
Sumber :
  • sunshinecoastdaily.com.au
VIVA.co.id
Soal Kereta Cepat, Menhub Budi Tak Mau Gegabah
- Seluruh kementerian yang berada di bawah Kementerian Koordinator bidang Perekonomian saat ini, Rabu 2 September 2015, tengah menggelar rapat tertutup soal keputusan negara mana yang nantinya akan bekerja sama dalam pembangunan proyek kereta cepat.

Tahun Ini Pondasi Kereta Cepat Selesai 15 Persen

Salah satu menteri yang ikut dalam rapat ini adalah Menteri Perhubungan Ignasius Jonan. Menurut Jonan, keputusannya masih belum bisa dipastikan negara mana yang akan bekerja sama dengan pemerintah dalam proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini.
'Proyek Kereta Cepat, Menteri BUMN Jangan Jebak Jokowi'


"Ini baru mau didengarkan (keputusanya), belum ada sekarang, nanti saja," ujar Jonan di gedung Kemenko bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu 2 September 2015.


Meski begitu, Jonan memastikan, siapa pun negara yang diputuskan bekerja sama dengan Indonesia dalam proyek kereta cepat, yang utama itu harus mementingkan keselematan dan kualitas kereta. Karena itu, sangat berguna bagi penumpang nantinya.


"Yang jelas keamanan, walaupun mahal tidak apa-apa, karena keamanan itu tidak dapat dinilai dari biaya," katanya


Diketahui, selain Jonan, menteri yang hadir dalam rapat ini diantaranya Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Sofyan Djalil, Menteri Koordinator Bidang Maritim Rizal Ramli, dan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro. Selain itu terdapat beberapa konsultan yang diundang dalam acara ini.


Sebagai informasi, dalam proyek kereta cepat ini, Indonesia diperebutkan dua negara besar, yaitu China dan Jepang.


Dalam proposal studi yang diajukan keduanya, rute lintasan kereta akan melalui titik-titik yang sama, yakni Jakarta-Bandung sesuai dengan jalur kereta yang sudah terbangun sejak zaman Belanda.


Proyek yang diusulkan China, memiliki nilai investasi sebesar US$5,5 miliar. Sebanyak 25 persen pendanaannya direncanakan dari patungan modal antara BUMN lokal dengan China. Sedangkan 75 persen sisanya, merupakan pinjaman dengan tenor 40 tahun dan bunga dua persen per tahunnya.


Apabila menang tender, China berjanji akan memulai proyeknya pada September tahun ini dan selesai pada 2018 mendatang.


Sementara itu, Jepang menawarkan usulan proyek dengan nilai investasi sebesar US$6,2 miliar. Sekitar 75 persennya akan dibayar menggunakan pinjaman dengan tenor 40 tahun dan bunga pinjaman sebesar 0,1 persen. Proyek Jepang akan dimulai selama lima tahun, yaitu antara tahun 2015 hingga 2021. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya