Dolar Perkasa, Ekspor Sapu Lidi Bergairah

Para perajin sapu lidi di Langkat Sumatera Utara
Sumber :
  • VIVA.co.id/anakbangsa-ku.blogspot.com

VIVA.co.id - Jebloknya nilai tukar rupiah berimbas negatif hampir di seluruh sektor usaha. Meski begitu, masih ada bebrapa bidang usaha yang kini justru semakin bergairah di tengah perkasanya dolar.

Salah satunya seperti yang dinikmati oleh para perajin sapu lidi untuk kebutuhan ekspor di Desa Sukajadi Kabupaten Langkat Sumatera Utara.

"Pendapatan kami meningkat tajam seiring tingginya harga dolar. Dan ini merupakan kabar baik bagi usaha kecil seperti kami," kata salah seorang perajin sapu lidi, Marliah, Kamis 3 September 2015.

Sikap Pasar Modal dan Rupiah Soal Aksi Damai 4 November

Baca Juga:



Bisnis sapu lidi milik Marliah merupakan usaha keluarga turun temurun. Dulu usaha ini boleh dibilang tak menjanjikan. Namun perlahan, sejak beberapa tahun lalu, para perajin mendapatkan kesempatan untuk mengekspor produksi mereka ke Singapura, Malaysia, dan Pakistan.

"Umumnya sapu-sapu ini dipakai di hotel berbintang. Beberapa di antaranya dipakai untuk bahan pembuat asbes," kata Marliah.

Meski enggan merinci berapa omzet yang didapatnya dari usaha sapu lidi tersebut, namun Marliah mengaku, dalam sepekan ia mampu mengirimkan dua kontainer berkapasitas 25 ton ke luar negeri.

"Per ton dihargai 200 dolar," kata Marliah.

Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau

Berbagi Rezeki

Diakui Marliah, karena sapu lidi merupakan usaha turun temurun, jadi nyaris setiap warga di desanya menjadi perajin sapu lidi.

Sebab itu, ia pun mencoba memfasilitasi seluruh warga desa dengan membeli seluruh hasil produksi mereka. Termasuk juga dari sejumlah perajin sapu lidi dari wilayah lain.

"Sapu lidi milik kami khusus, dibuat dari limbah pelepah sawit," kata Marliah.

Proses pengerjaanya, terbilang mudah. Setelah seluruh bahan sapu lidi terkumpul dan dijemur hingga kering di terik matahari.

Baru dipilah-pilah. Untuk tujuan Singapura, bentuk sapu harus kecil-kecil, dengan berat setengah kilogram. Kemudian diikat dengan ring lalu dikemas dalam karung ukuran 25 kilogram.

Sedangkan untuk sapu lidi tujuan Malaysia dan Pakistan, sapu diikat dengan tali plastik dalam ikatan ukuran berat satu kilogram. Baru kemudian dikemas dalam karung ukuran 50 kilogram.

"Sapu lidi dari agen pengepul kami hargai Rp700 per kilogram," kata Marliah.


Taufik Hidayat/Sumatera Utara

Rupiah Masih Tertatih-tatih untuk Kembali Menguat
Uang rupiah.

Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global

Aksi damai 4 November tidak terlalu pengaruhi pergerakan rupiah.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2016