Lagi-Lagi Singapura, Surga Koruptor Indonesia


VIVAnews - Pengusaha Anggodo Widjojo tiba-tiba sakit saat diperiksa Markas Besar Kepolisian RI, Jumat sore ini, 6 November 2009. Dia pun dilarikan ke bagian medis karena diduga terkena serangan jantung.

Berkaca dari pengalaman kasus-kasus sebelumnya, sejumlah kalangan, termasuk wartawan pun khawatir Anggodo akan berobat ke Singapura, lantas menghilang. Namun, pengacara Anggodo, Bonaran Situmeang menjamin Anggodo tidak akan kabur ke luar negeri.

"Kalau Anggodo kabur ke luar negeri, saya akan sobek kartu pengacara saya," ujarnya di Jakarta, Jumat, 6 November 2009.

Nama Singapura memang kerap muncul ketika pemerintah Indonesia berurusan dengan kasus-kasus korupsi atau kejahatan kerah putih. Karenanya, Singapura pun dikenal sebagai surga koruptor Indonesia. Para penjahat keuangan nyaman tinggal di negara yang cuma satu jam dari Indonesia. Alasannya, karena Indonesia tak punya perjanjian ekstradisi dengan negeri itu.

Anggoro Widjojo, kakak Anggodo yang menjadi buronan KPK terkait kasus korupsi pengadaan radio komunikasi di Departemen Kehutanan pun ngumpet di Singapura. Bahkan, Kepala Bareskrim Mabes Polri pun pernah bertemu Anggoro di sana.

Selain Anggoro, sejumlah buronan kelas kakap lainnya juga ditengarai berada di negeri kecil tersebut. Djoko Tjandra yang dijatuhi hukuman dua tahun penjara dalam kasus cessie Bank Bali, menurut Kejaksaan, juga disebutkan berada di Singapura.

Buronan kasus Bank Century, yakni Hesham Al Warraq dan Rafat Ali Rizfi yang kini diburu oleh interpol juga memiliki kantor dan menjalankan operasi perusahaan, di antaranya melalui Singapura. Rafat Ali adalah direktur Tembusu Investment Limited sejak 17 Maret 2008. Kantornya di 120 Robinson Road #13-02, Parakou Building, Singapore 068913.

Untuk mengejar aset-aset Century di negeri itu, Ketua Pusat dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Yunus Husein sesungguhnya pernah meminta bantuan kepada otoritas yang menangani kejahatan money laundering Century.

"Namun, Singapura tidak pernah mau menjawab permintaan Indonesia," kata Yunus kepada VIVAnews beberapa waktu lalu.

Tangan-tangan hukum Indonesia tak pernah bisa mengusik kenyamanan hidup para koruptor Indonesia yang tinggal di sana. Padahal, jika dirunut berbagai kasus korupsi dan kejahatan keuangan sebelumnya, cukup banyak buronan yang bersembunyi di sana.

Banyak nama buronan lama yang sering disebut media memilih tinggal di Singapura. Mereka yang kerap disebut adalah Samadikun Hartono, Bambang Sutrisno, Agus Anwar, Maria Pauline Lumowa, hingga Sjamsul Nursalim yang aset-aset keluarganya pun masih banyak di Indonesia.

Tak mengherankan, jika sebuah lembaga survei, Merrill Lynch-Capgemini dua tahun lalu, pernah menyebutkan bahwa Singapura merupakan surga orang kaya Indonesia. Bahkan, Merrill Lynch menyebutkan sepertiga dari orang superkaya Singapura adalah warga Indonesia.

Itu artinya, dari 55 ribu orang sangat kaya di Negeri Singa dengan total kekayaan sekitar US$ 260 miliar, 18 ribu merupakan orang Indonesia. Total dana orang Indonesia yang diparkir di sana mencapai sekitar US$ 87 miliar atau setara dengan Rp 783 triliun.

Survei di Atas 50 Persen, Elite Golkar Dorong Ridwan Kamil Maju Pilgub Jabar Ketimbang Jakarta

Dengan total parkir dana orang Indonesia yang begitu dahsyat di sana, jangan heran jika Singapura bersikap demikian. Lebih senang menjadi tempat berlindung bagi koruptor Indonesia, ketimbang membantu menangkapnya.

heri.susanto@vivanews.com

Pertemuan Prabowo Subianto dengan Surya Paloh Nasdem

Gabung Prabowo-Gibran Sebagai Pilihan Baik, Surya Paloh: Ini Pilihan Saya, Pilihan Nasdem

Ketum Nasdem, Surya Paloh menjelaskan bergabung ke dalam pemerintahan selanjutnya yang akan dipimpin Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai pilihan yang baik

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024