VIVAnews - Banjirnya baja murah asal China tak menyurutkan niat Kementerian Pertahanan untuk tetap menggunakan produk baja dalam negeri, dalam pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista).
"Serbuan baja impor China tak jadi masalah buat pengadaan kami. Sebab, pemerintah sudah ada preferensi menggunakan produk dalam negeri. Kami siap beli dengan harga lebih mahal, karena itu cost untuk industri pertahanan kita," kata Direktur Jenderal Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Gunadi kepada VIVAnews usai Seminar Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri di kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa, 9 Februari 2010.
Pemerintah, dia menambahkan, berkomitmen tetap menggunakan produk pelat baja tahan peluru bikinan PT Krakatau Steel karena terkait kualitas. Kualitas baja China yang rendah meski murah, justru menimbulkan kekuatiran atas tingkat keamanan alutsista. "Kami punya standar sendiri, jadi tidak bisa sembarangan menggunakan bahan baku," ujarnya.
Kementerian Pertahanan, kata Gunadi, mendapatkan alokasi anggaran sekitar Rp 7,3 triliun pada tahun ini dan berpotensi bertambah lagi melalui APBN-Perubahan. Sebanyak Rp 6,5 triliun dialokasikan untuk pinjaman luar negeri, sementara sisanya sekitar Rp 800 miliar untuk pengadaan dalam negeri.
Rencananya, anggaran sebesar Rp 800 miliar tersebut akan dialokasikan untuk empat institusi, yakni Mabes Polri, TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara, yang masing-masing Rp 200 miliar.
Pengadaan alutsista untuk Mabes Polri mencakup pembelian satu paket senjata (Rp 19,6 miliar), satu paket munisi kaliber besar (Rp 48,855 miliar), satu paket munisi kaliber kecil (Rp 100,81 miliar), satu paket alat komunikasi perbatasan (Rp 15 miliar), dan 350 buah payung udara orang (Rp 15,75 miliar).
Untuk TNI AD, dialokasikan untuk pengadaan 12 unit retrofit AMX-13 (Rp 90 miliar), satu paket senjata infanteri (jatri) dan senjata kelompok (japok) senilai Rp 41,6 miliar, satu paket munisi kaliber besar (Rp 32 miliar), satu paket munisi kaliber kecil (Rp 32 miliar), dan satu paket helm anti peluru (Rp 4miliar).
Sedangkan TNI AL akan membeli satu unit refurbishment torpedo senilai Rp 12,5 miliar, satu paket platform KCR type 40 (Rp 75 miliar), satu paket senjata perorangan (Rp 20 miliar), satu paket munisi kaliber kecil (Rp 50 miliar), satu paket helm anti peluru (10 miliar), satu paket radar navigasi (Rp 7,5 miliar), dan satu paket combat management system (Rp 25 miliar).
Kemudian TNI AU akan mengalokasikan Rp 200 miliarnya untuk pengadaan tiga pesawat lanjutan NAS-332 Tactical Transport senilai Rp 133 miliar, dua pesawat Check D B-737 senilai Rp 40 miliar, tiga pesawat Alins/Alongins senilai Rp 27 miliar.
antique.putra@vivanews.com
VIVA.co.id
28 Maret 2024
Baca Juga :
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Selengkapnya
VIVA Networks
BAIC masuk pasar domestik melalui PT JIO Distribusi Indonesia (JDI) yang merupakan anak usaha JHL Group sebagai distributor, atau importir mobil Jeep. Ada 2 model SUV
Istilah "insecure" erat kaitannya dengan tingkat percaya diri seseorang, yang merupakan perasaan yang dapat berubah sesuai dengan situasi yang dialami. Apakah ini dosa?
Sinopsis dan Fakta Hot Blooded, Jung Woo Hempas Citra Pria Lucu jadi Sosok Tangguh
IntipSeleb
3 jam lalu
Hot Blooded adalah film Korea Selatan yang mengangkat kisah peperangan sengit gangster memperebutkan harta dan wilayah, Jung Woo sebagai pemeran utamanya.
PenyanyiDike Sabrina dan Shinta Arsinta, dua nama yang sudah tidak asing lagi di dunia musik dangdut Indonesia, kembali menghadirkan kolaborasi yang memukau.
Selengkapnya
Isu Terkini