Recapital, Juru Selamat Bank Eksekutif

VIVAnews - Tak lama setelah PT Bank Eksekutif Tbk masuk dalam pengawasan Bank Indonesia, akhirnya menemukan investor baru. Bank Eksekutif yang tengah kembang kempis itu akhirnya menemukan juru selamat.

Kemarin, PT Recapital Advisors mengumumkan mengakuisisi bank yang tengah bermasalah itu. Menurut Presiden Direktur Recapital Advisors Rosan P Roeslani, akusisi dilakukan karena Recapital ingin mengulang sukses mentransformasi Bank Tabungan Pensiun Nasional (BTPN) menjadi salah satu bank terbaik di Indonesia.

"Kalau dari segi industri, dulu kita punya BTPN dari tidak dikenal bisa menjadi salah satu Bank terbaik di Indonesia," kata Rosan saat dihubungi VIVAnews, kemarin.

Atas keyakinan inilah, Rosan tidak setengah-setengah terjun ke perbankan. Ia mengaku akan memborong seluruh saham keluarga Widjaja.  “Seluruh saham nonpublik akan kami ambil, ” katanya.

Sebelum akuisisi, saham Bank Eksekutif  dipegang keluarga Widjaja. Masing-masing Lunardi Widjaja sebanyak 50,66 persen, Lusiana Widjaja sebanyak 14,47 persen, Irawati Widjaja memiliki 4,76 persen, Sinthyawati Widjaja 4,76 persen, dan Setiawan Widjaja 4,6 persen. Sisanya sebanyak 20,74 persen dimiliki publik.

Sebelum akuisisi, emiten dengan kode perdagangan BEKS ini perdagangannya sempat dihentikan sementara (suspen). Alasannya, bank ini dalam pengawasan BI.

Meski demikian, manajemen membantah bila Bank Eksekutif ini tengah bangkrut. "Tidak benar bank akan bangkrut," demikian keterangan pers direksi bank, Jumat pekan lalu.

Rasio kecukupan modal bank (CAR) saat ini tercatat 11,7 persen atau masih di atas angka yang ditentukan Bank Indonesia, 8 persen.

Manajemen menjelaskan, Bank sempat masuk status pengawasan intensif karena disebabkan rasio kredit bermasalah (NPL) yang melebihi 5 persen. Namun telah ada rencana untuk penyelesaian NPL selambat-lambatnya pada Maret 2010 menjadi di bawah 5 persen.

BI sebelumnya menyebutkan bank tidak memiliki dana lagi untuk memperkuat modalnya, sehingga pemegang saham lama diminta mencari investor baru, atau menyerah saja.

Kondisi bank memburuk sejak akhir 2009 lalu, sehingga bank sentral meminta pemegang saham menambah modalnya hingga 8 persen. Permintaan itu dipenuhi manajemen sehingga posisi CAR tercatat 11,7 persen. Namun NPL bank dianggap masih mengkhawatirkan.

hadi.suprapto@vivanews.com

4 Pria Terkapar Babak Belur di Depan Polres Jakpus, 14 Anggota TNI Diperiksa
Sidang Lanjutan sengketa perselisihan hasil Pilpres 2024 di MK

Sidang Sengketa Pilpres, MK Pertimbangkan Hadirkan Mensos hingga Menkeu

Kubu 01 dan 03 meminta izin ke MK agar bisa menghadirkan sejumlah menteri dalam persidangan sengketa Pilpres 2024.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024