VIVAnews - Rumah kayu asal Indonesia laris manis di negara Timur Tengah. Hanya dalam waktu tiga bulan pameran di Dubailand beberapa waktu lalu, nilai pesanan rumah kayu Indonesia mencapai Rp 47 miliar.
Ketua Divisi Marketing Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Wisnu Broto mengatakan jumlah pesanan ini tergolong fantastis. Sebab sangat jarang yang memesan sebanyak itu dalam satu pameran.
"Rumah kayu yang paling diminati adalah Gazebo, itu banyak yang pesan," ujar Wisnu di sela rapat kerja Kementerian Perdagangan di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis 4 Maret 2010.
Namun demikian, dia melanjutkan, pesanan rumah kayu itu sudah dipasarkan sejak 2008. Rumah itu seluruhnya dipasarkan secara lengkap mulai dari konstruksi sampai furnitur perlengkapan rumah.
Jenis kayu yang dimanfaatkan antara lain jati, mahoni, merbau, dan kayu kruing. Kayu-kayu itu antara lain berasal dari Papua, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
UKM yang mengeskpor rumah kayu ini, menurut dia, saat ini mengaku kebanjiran pesanan. Namun demikian, meski banyak pesanan, UKM tidak khawatir kekurangan kayu karena jumlah suplai yang dibutuhkan masih mencukupi.
"Kebutuhan kayu kami juga tidak sebesar perusahaan pulp and paper. Jadi kami juga tidak kesulitan. Selain itu, kayu kami bukan kayu ilegal, sehingga tidak mengalami masalah dari sisi suplai kayu," ujar dia.
Wisnu mengatakan, UKM Solo berniat melakukan penetrasi pasar ke Timur Tengah dan ingin menjadi pemimpin pasar.
Tekad itu diungkapkan karena Timur Tengah adalah negara-negara yang mendapat keuntungan besar saat krisis global dengan kenaikan harga minyak.
"Kemarin di Dubai sudah dibangun pesanan lima unit di antaranya rumah kayu berukuran 7 x 7 meter, 10 x 7 meter, 12 x 20 meter, dan 20 x 20 meter persegi (dua lantai), ini adalah pesanan produk yang spektakuler," ujar dia.
arinto.wibowo@vivanews.com