VIVAnews - Terigu Turki diduga mengandung zat berbahaya bagi kesehatan. Universitas Istambul Turki telah melakukan riset pada produksi terigu di negaranya.
"Berdasarkan hasil riset Universitas Istambul, terigu Turki diduga mengandung senyawa toksin yang berbahaya," kata Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Terigu Indonesia (Aptindo) Ratna Sari Loppies ketika ditemui di kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin 29 Maret 2010.
Ratna mengatakan, pihaknya sudah memberikan sejumlah data riset tersebut kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk dilakukan investigasi.
Tuduhan tersebut merupakan buntut dari perselisihan dagang antara produsen terigu lokal dan terigu impor dari Turki. Tiga perusahaan terigu lokal, yakni PT Sriboga Raturaya, PT Pangan Mas, dan PT Eastern Pearl, mengajukan petisi antidumping atas terigu Turki.
Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) juga telah mengeluarkan rekomendasi untuk mengenakan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD). Namun, hingga saat ini Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati belum juga mengeluarkan peraturan menteri keuangan (PMK) yang mengatur tarif BMAD tersebut.
Diduga, karena masih ada tarik ulur dan intervensi atas kasus ini, PMK tersebut tidak kunjung terbit. Hal itu dipertegas dengan rekomendasi awal Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang menyatakan penetapan BMAD justru memicu tindakan monopoli oleh salah satu produsen terigu nasional yang berujung pada kerugian konsumen akibat pembentukan harga yang tinggi.
Bagi Aptindo, data riset Universitas Istambul akan menjadi pembenaran bahwa terigu Turki tidak boleh beredar di Indonesia. Ratna menjelaskan, tarik ulur yang terjadi akhirnya membuat kasus ini diambil alih oleh Menko Perekonomian Hatta Rajasa.
"Yang saya tahu diambil alih oleh menko dan diputuskan di sana. Saya berharap pemerintah masih memiliki komitmen pada industri dalam negeri," ujarnya.
Namun, Ratna menyayangkan hingga saat ini pihaknya belum diberi kesempatan untuk bertemu langsung dengan Hatta untuk melakukan pembicaraan.
Sementara itu, pihak Turki telah selangkah lebih maju dengan melakukan satu kali pertemuan dengan Hatta. "Kami lihat saja siapa yang bela industri dalam negeri," ujarnya.
Hingga saat ini, pangsa pasar terigu nasional di pasar domestik baru sekitar 57 persen atau 1,7 juta ton per tahun.
arinto.wibowo@vivanews.com
VIVA.co.id
24 April 2024
Baca Juga :
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Selengkapnya
Partner
Masjid Jami' Al-Yaqin merupakan masjid tertua atau sudah ada sejak 1808 sebelum Gunung Krakatau meletus tahun 1883. Adapun Masjid ini terletak di jalan utama...
Mahmud Afandi, Kepala Seksi Operasi dan Siaga Basarnas Surabaya, mengungkapkan jenazah korban ditemukan dan dievakuasi oleh tim SAR gabungan pada hari ketiga pencarian.
7 Negara dengan Populasi Terkecil di Dunia: Kehidupan di Tempat yang Paling Tidak Padat
Jabar
12 menit lalu
Artikel ini menggali ke dalam kehidupan di tujuh negara dengan populasi terkecil di dunia, menawarkan pandangan unik tentang bagaimana negara-negara ini mengelola sumber.
Jurus Pemkot Pasuruan Angkat Potensi Olahan Ikan Bandeng di Kawasan Heritage ala Semarang
Malang
13 menit lalu
Pemkot Pasuruan memantapkan komitmen mengembangkan sektor pariwisata. Potensi yang dilirik adalah pengembangan kawasan heritage dan pengembangan olahan ikan bandeng
Selengkapnya
Isu Terkini