Gaji Besar Tapi Cekak Terus

Rubrik Perencanaan Keuangan ini diasuh oleh Tim Perencana Keuangan dari Mike Rini & Associates – Financial Counselling & Education (MREDU), yakni Mike R Sutikno, Vina L. Damayanti dan Dewi Aviani. Pembaca dapat mengirimkan pertanyaan atau berkonsultasi seputar masalah-masalah perencanaan keuangan kepada Mr Edu. Pertanyaan dapat dikirim lewat email: redaksi@kanalone.com, surat dialamatkan ke redaksi Vivanews.com di Menara Standard Chartered Lt. 31, Jl. Prof. Dr. Satrio No. 164, Casablanca, Jakarta atau Fax. 62-21 25532563, serta bisa membuka di http: www.mredu.net

Sukses Gelar MotoGP, Sirkuit Mandalika Jadi Magnet Pariwisata Olahraga

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Hallo Mr Edu

Saya Yani Aprilianti (34). Saya Ibu dua putra dan putri berusia 10 dan 8 tahun yang bekerja di sebuah perusahaan besar. Penghasilan bersih saya digabung dengan suami sekitar Rp 9 juta/bulan. Masalah yang saya hadapi adalah masalah klasik rumah tangga. Uang yang tidak pernah cukup dan utang yang semakin menumpuk.

Saya sendiri bingung. Dengan jumlah uang sebesar itu, setiap bulan saya mengalokasikan Rp 1,2 juta untuk membayar cicilan rumah, Rp 1 juta untuk cicilan kartu kredit -- tiga buah kartu kredit dengan total utang masing-masing kartu antara Rp 3-Rp 3,5 juta, dan saya hanya membayar cicilan minimum --, membayar cicilan utang bank Rp 1 juta, biaya sekolah anak Rp 500 ribu, listrik/telepon/pembantu Rp 500 ribu, sisanya untuk kebutuhan rumah tangga, transport, membantu orang tua dan lain-lain. Masalahnya, saya tidak pernah bisa menyisakan penghasilan kami untuk ditabung. Seminggu sebelum gajian, kami sudah kembang kempis lagi.

Mr Edu, tolonglah saya supaya bisa mengatur pengeluaran dengan bijak. Apa yang harus saya lakukan supaya masih tersisa dana untuk menabung? Saya capek dengan kondisi seperti ini, karena merasa sia-sia saja bekerja. Padahal saya ingin anak-anak ikut sejumlah kursus, seperti bahasa Inggris, melukis atau piano sesuai keinginan mereka.


Terima kasih

Salam Yani


Jati Asih, Bekasi




Bu Yani di Bekasi,


Kesulitan menabung pada umumnya terjadi karena sebuah keluarga tidak menetapkan prioritas dalam penggunaan uang. Padahal, hampir selalu kita menganggap bahwa semua pengeluaran rumah tangga adalah penting.

Jika bu Yani mencoba membuat daftar pengeluaran secara terperinci maka jumlahnya bisa mencapai belasan bahkan puluhan pengeluaran. Tidak ada pengeluaran yang tidak penting dan semuanya harus dibayar sekarang.

Jika perhatian kita hanya fokus pada bagaimana membayar semua kebutuhan saat ini, maka uang berapa pun tak akan pernah cukup. Maklum, kita memang ingin serba cepat, selalu ingin menikmati segala sesuatu saat ini juga. Makanya kalau harus menabung yang artinya menunda kenikmatan mengkonsumsi saat ini untuk suatu tujuan yang lebih baik di masa depan, kita tersiksa. Padahal hidup kita bukan hanya saat ini, tetapi juga esok.

Saat ini kita memiliki penghasilan, hidup pun berjalan cukup baik kalau tidak bisa dibilang pas-pasan. Kita selalu berdalih bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan, toh bulan depan terima gaji lagi! Dan begitu Anda gajian lagi bulan, hal yang sama terulang lagi. Gaji tersebut habis sebelum waktunya. Ini namanya "rat race" atau perlombaan tikus.

Mungkin Anda pernah melihat tikus percobaan di laboratorium. Bentuknya kecil warnanya putih di tempatkan ke dalam sebuah tabung transparan yang didalamnya terdapat roda  bundar berjalan yang selalu berputar  balik lagi ke arah yang sama karena si tikus terus saja berlari di roda tersebut. Tidak peduli seberapa keras usahanya berlari, si tikus tetap berada ditempat  tidak akan pernah bisa kemana-mana. Begitulah kira-kira gambaran manusia yang bekerja  keras, tetapi tidak pernah bisa mengumpulkan kekayaannya atas hasil kerja kerasnya, sebab semua penghasilannya habis dibelanjakan saat ini.

Jadi jika Anda dan keluarga terus menerus menghabiskan gaji untuk saat ini saja, keluarga anda kemungkinan besar akan berakhir dengan tidak memiliki apa-apa.

Saran saya adalah agar Ibu dan keluarga memprioritaskan penggunaan penghasilan keluarga untuk menabung terlebih dulu di depan sebelum membayar pengeluaran rumah tangga yang lain. Jangan menabung dari sisa penghasilan, sebab sulit menyisakan uang untuk menabung. Usahakan agar bisa menabung dengan jumlah tidak kurang dari 10 persen dari penghasilan keluarga (Anda dan suami).

Adapun tingkat tabungan keluarga yang ideal adalah 30 persen dari penghasilan keluarga tersebut. Jadi jika penghasilan keluarga Ibu adalah sebesar Rp 9 juta, maka jumlah ideal yang harus ditabung adalah sebesar Rp 900.000 sampai dengan Rp 3000.000 per bulan. Sisa dari penghasilan tersebut barulah dibayarkan untuk cicilan utang dan biaya hidup lainnya. Dengan cara begini keluarga Anda tidak lagi mengeluh sulit menabung .

Lakukanlah penghematan biaya hidup agar pengeluaran Anda tidak lebih besar dari penghasilan. Hindarilah penggunaan kartu kredit untuk berbelanja, karena akan mendorong keluarga Anda menjadi lebih konsumtif. Apalagi jumlah total cicilan utang keluarga anda mencapai Rp 3,2 juta, atau menghabiskan porsi 30,2 persen dari penghasilan keluarga. Porsi utang sebesar ini adalah jumlah maksimal cicilan utang keluarga, sehingga sebaiknya Anda tidak lagi menambah jumlah utang dalam bentuk apapun sampai ke semua utang tersebut lunas.

Berhentilah menggunakan kartu kredit dan disiplinlah dalam membayar semua cicilan utang. Jika perlu tutup dua dari tiga kartu kredit Anda dan simpan satu saja untuk berjaga-jaga. Dengan bersabar, lama-kelamaan  semua utang Anda akan lunas juga. Sedikit demi sedikit cicilan utang yang sudah lunas dapat dialihkan untuk menambah setoran tabungan.

Untuk membantu Anda berdisplin dalam melakukan penghematan biaya hidup, maka perlu Anda pahami hal-hal yang memicu keluarga menjadi boros. Tiap keluarga berbeda-beda pemicunya, misalnya  jalan-jalan ke mal, makan di restoran, tawaran diskon, iklan di televisi, bujukan teman, belanja dapur, hobi, biaya pendidikan, dan lain-lain.

Temukanlah pemicu pemborosan pengeluaran rumah tangga Anda. Caranya dengan mengurangi frekuensi jalan-jalan ke mal, kurangi nonton televisi, kurangi makan di restoran dan lain sebagainya. Dengan mengurangi frekuensi kunjungan, kegiatan atau konsumsinya, akan membantu mengurangi  pengeluaran kita. Ada banyak ide penghematan yang bisa membantu keluarga Ibu mengendalikan pengeluaran. Lakukanlah bersama seluruh anggota agar kompak dan saling bahu membahu mencapai tujuan keuangan keluarga. 

Selamat mengelola keuangan keluarga.

Menyelami Dampak Negatif FOMO pada Pengguna Media Sosial
Badak Taman Nasional Ujung Kulon

Ironi Perburuan Badak Jawa di Kawasan Konservasi Ujung Kulon, Cula Dijual Rp 280 Juta

Di lahan konservasi tersebut, badak Jawa yang dilindungi itu jadi target perburuan liar dan cula nya dijual ke Jakarta secara ilegal dengan nilai ratusan juta rupiah.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024