Tiap Empat Bulan, Ruyati Kirim Rp9 Juta

Ruyati
Sumber :
  • VIVAnews / Erik Hamzah

VIVanews - Kepergian Ruyati binti Satubi (54), tenaga kerja wanita yang terkena hukuman pancung oleh pemerintah Arab Saudi, meninggalkan duka yang teramat dalam. Seperti dirasakan anak bungsu Almarhumah, Iwan Setiawan (27).

"Ibu itu orangnya baik, bermasyarakat, lembut dan bijaksana. Selalu jadi penengah apabila ada keributan diantara anak-anaknya," kata Iwan sambil menangis, Senin, 20 Juni 2011.

Selain punya pribadi yang bersahaja, Ibunya juga punya kemauan yang sangat keras untuk mengubah nasib keluarga yang pas-pasan. "Sebelum berangkat ke Saudi, Ibu hanya petani penggarap. Berkat kegigihannya, Ibu bisa menyekolahkan kakak saya Epi sampai lulus jadi perawat. Dia juga beliin saya angkot, supaya saya tidak menganggur," tambah Iwan.

Selain bisa menyejahterakan keluarga,hasil kerja keras Ruyati juga terwujud dalam bentuk rumah bercat merah jambu yang kini ditempati keluarga. Sebuah rumah yang lumayan bagus untuk warga di Kampung Ceger RT 03 RW 02 Desa Sukadarma, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Ruyati yang kini telah dikaruniai tujuh orang cucu dari tiga anaknya ini, pergi mencari nafkah ke Timur Tengah karena sadar jika mengandalkan penghasilan suaminya Ubedawi (59) sebagai penjahit, maka tidak mungkin bisa mewujudkan cita-cita anaknya. Karena kemauannya yang keras, Ruyati harus merelakan rumah tangganya yang sudah terjalin dengan sang suami selama puluhan tahun berpisah.

"Saya terpaksa menceraikan istri saya pada keberangkatannya kedua. Saya sudah tua dan sakit-sakitan, ingin dia di sini menemani saya,” ungkap Ubedawi.

Meskipun rumah tangganya harus berakhir, namun hal itu tidak serta merta menyurutkan niat Ruyati pergi menjadi TKW untuk yang ketiga kalinya. "Bahkan pada keberangkatannya yang ketiga Agustus 2008. Ibu memalsukan umur 11 tahun lebih muda, atas permintaan perusahaan penyalur,” ujar Een Nuraeni (35) anak sulung Ruyati.

Een menjelaskan, sebenarnya dia sudah melarang Ruyati untuk pergi. Tapi keinginan anaknya tidak di gubris. "Ibu tetap nekat, katanya supaya tidak menyusahkan anak-anaknya di masa tua," ucapnya.

Sementara menurut Epi Kurniati (32), anak kedua Ruyati, selama berada di Arab Saudi, Ibunya selalu rutin mengirimkan uang untuk membantu ekonomi keluarga anak-anaknya. "Setiap lima atau empat bulan sekali, dia mengirim uang Rp9 juta," katanya.

Kini keluarga hanya mengajukan satu permohonan kepada pemerintah yaitu ingin agar jenazah sang Ibu dimakamkan di Kampung Ceger. "Apapun yang terjadi, Kemenlu harus mengupayakan agar Ibu di pulangkan,” kata Een si sulung.

Ruyati sudah tiga kali ke Arab Saudi. Pertama dia lima tahun bekerja di Madinah, enam tahun di Abha dan yang terakhir selama satu tahun empat bulan di Mekkah.

"Kepergian ibu sangat memukul perasaan keluarga. Apalagi pemberitahuan justru dilakukan saat ibu sudah dieksekusi,” tambah Een.

Menurut anak-anaknya, hukuman pancung yang diterima Ibunya d rasa tidak adil. Sebab, apa yang dilakukan oleh Ibunya hanya untuk membela diri.

Satgas Pangan Polri: Pasar Murah Harus Digencarkan Jelang Lebaran di Kalteng

"Sejak awal bekerja di Mekkah, Ibu dikabarkan sering dianiaya majikannya. Bahkan kakinya pernah patah dan tidak dibawa ke rumah sakit. Tapi hanya dirawat oleh anak majikan yang seorang dokter," kata Een. Kini untuk mendoakan sang ibu, keluarga mengadakan tahlilan di rumah duka.  (Laporan: Erik Hamzah | Bekasi, umi)

Kemenkominfo gelar nobar webinar

Kemenkominfo Mengadakan Kegiatan Webinar "Hak dan Tanggung Jawab di Ruang Digital"

Kemenkominfo mengadakan kegiatan webinar “Hak dan Tanggung Jawab di Ruang Digital” dalam rangka meningkatkan literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024