Kelas Menengah, Magnet Bagi Investasi Asing

Sejumlah pencari kerja sedang antre di bursa kerja.
Sumber :
  • AP Photo/Mark Lennihan

VIVAnews -Ini tentang kelas menengah Indonesia, yang belakangan ini berlipat kali jumlahnya. Lantaran punya daya beli, masyarakat dari kalangan ini tidak hanya memikat pengusaha lokal, tapi juga memikat para investor asing. Kekuatan kelas menengah Indonesia juga mampu mendorong laju ekonomi nasional.

Mudik Lebaran 2024 Dinilai Beri Dampak Positif untuk Perekonomian Indonesia

Hal tersebut disampaikan Bank Dunia dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa 28 Juni 2011. Paparan itu dirangkum dalam topik Laporan Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia. Bank Dunia menilai bahwa jumlah kelas menengah Indonesia bakal terus melejit dalam 10 tahun ke depan.

Tren pertumbuhan itu sungguh memberi harapan, terutama bagi  produsen  barang-barang konsumsi yang mengharapkan keuntungan berlipat dari kelompok  masyarakat seperti ini.  Kelompok ini kian memikat sebab pertumbuhan ekonomi Indonesia juga terus membaik.

Kelas menengah yang melaju cepat, ekonomi yang terus bertumbuh mendorong sejumlah investor asing membangun basis produksi mereka di Indonesia. Lihatlah L’Oreal dan Honda yang sudah membangun basis produksi mereka di sini.

Dalam laporanya, Bank Dunia mengutip data Bank Indonesia yang menyebutkan bahwa aliran masuk dana asing ke Indonesia belakangan ini didorong oleh aliran portofolio dan Penanaman Modal Asing (PMA). Aliran PMA bersih ke Indonesia mencapai US$4,5 miliar selama triwulan pertama tahun  2011. Pencapaian triwulan pertama ini terhitung tertinggi semenjak 2004.

Sepanjang tahun 2010, jumlah aliran modal masuk sebesar US$13,3 miliar. Jumlah itu tercatat  paling tertinggi selama ini. Jika perolehan US$4,5 miliar itu konsisten pada tiga triwulan berikutnya pada tahun 2011 ini, maka secara keseluruhan jumlahnya jauh melampaui tahun 2010.

Bakal Ada Adegan Ranjang Kim Soo Hyun dan Kim Ji Won di Queen of Tears?

Pada umumnya para investor datang ke Indonesia menanam uang di sektor manufaktur.  Dari data Bank Indonesia tadi diketahui bahwa sepanjang tahun 2010, para investor kebanyakan masuk sektor ini sejumlah 36,2 persen.

Selama tujuh tahun terakhir, sektor ini memang paling banyak menyerap investasi dari negara-negara asing. Jika sebelumnya yang investasi di sektor ini didominasi pengusaha asal Eropa, belakangan didominasi invetor Jepang dan sejumlah negara lain di kawasan Asia.

Prediksi Pertandingan Liga 1: Persib Bandung vs Persebaya Surabaya

Sektor yang lain yang volume perdagangannya melonjak bersamaan dengan melejitnya jumlah kelas menengah adalah perdagangan kulakan, eceran serta sektor jasa lain, seperti transportasi dan telekomunikasi. 
 
Pertumbuhan yang paling terasa terjadi pada sektor perdagangan kulakan dan eceran. Dua sektor itu menikmati investasi asing sebesar 19,4 persen pada tahun 2010. Padahal setahun sebelumnya, porsi masuknya investasi asing pada sektor ini hanya sebesar 1,5 persen dari total investasi yang masuk.

Besarnya minat investor masuk ke sektor perdagangan eceran dan kulakan tidak terlepas dengan semakin membaiknya tingkat ekonomi masyarakat kelas menengah. Dengan pendapatan yang lebih besar, kini masyarakat kelas menengah bisa mengalokasikan anggaran belanja yang lebih besar.

Associate Director Retailer Service Nielsen, Feby Ramaun mengatakan kaum kelas menengah kini lebih banyak membelanjakan uangnya untuk makanan dan perawatan tubuh. Tren belanja untuk produk konsumsi cepat habis atau fast moving consumers goods (FMCG) produk makanan tumbuh 12,2 persen dan perawatan tubuh meningkat 13,7 persen.

Pertumbuhan tren ini, ujar Feby, tidak terlepas dari persepsi seseorang agar tampil lebih enak dilihat. "Produk personal care itu seperti sabun cair, sabun muka, dan pelembab kulit. Mungkin orang lebih terpengaruh oleh image good looking," katanya.

Tak hanya di bisnis konsumsi perawatan tubuh, Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) juga haqul yakin pasar sepatu nasional akan terus berkembang. Ini menyusul meningkatnya pendapatan per kapita dan naiknya jumlah kelas menengah di Indonesia.

Dalam keterangan Aprisindo yang diterima VIVAnews.com, disebutkan bahwa Indonesia dengan penduduk 230 juta memiliki potensi pasar yang sangat besar. "Paling tidak, setiap orang membutuhkan dua sepatu tiap tahun," tulis keterangan itu.

Seksinya Kelas Menengah Indonesia

Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) dalam laporannya bertajuk Key Indicator for Asia and The Pacific 2010 mendefinisikan kelas menengah sebagai kelompok masyarakat yang memiliki pengeluaran per kapita sebesar US$2-20 per hari.

Khusus untuk wilayah Asia, kelas menengah dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan biaya pengeluaran per kapita per hari.

Kelompok pertama yaitu kelas menengah terendah dengan pengeluaran sebesar US$2-4 per kapita per hari, kelas menengah tengah dengan pengeluaran US$4-10 per kapita per hari, dan kelas menengah atas dengan pengeluaran sebesar US$10-20 per kapita per hari.

Kelas menengah di Indonesia meningkat dua kali lipat ,dari 45 juta orang pada tahun 1999 menjadi 93 juta orang pada 2009. Masyarakat kelas menengah Indonesia itu banyak berasal dari kawasan perkotaan yaitu 63,6 juta orang. Sementara yang tinggal di pedesaan berjumlah 29,7 juta orang.

Bank Pembangunan Asia (ADB) mengungkapkan fakta bahwa kelas menengah di Indonesia, berdasarkan data terakhir tahun 2009, banyak berasal dari industri pelayanan jasa untuk seluruh kategori masyarakat kelas menengah. Sektor industri lain yang banyak menghasilkan kelas menengah adalah pertanian, perdagangan, manufaktur, dan konstruksi.

Tak hanya bagi investor asing, keberadaan kelas menengah juga memberikan keuntungan yang sangat besar bagi pemerintah Indonesia.

Pengamat ekonomi, Rhenald Kasali, di sela acara HSBC Green Festival 'The Hidden Value of Forest' beberapa waktu lalu menyatakan pemerintah dapat mengambil keuntungan dari fenomena pertambahan masyarakat kelas menengah ini.

Salah satu keuntungan yang dapat diterima pemerintah ialah berkurangnya anggaran untuk subsidi rakyat. Sebab, idealnya kelas menengah tidak memerlukan subsidi."Apalagi diperkirakan di Indonesia, masyarakat kelas menengah jumlahnya sampai 50 juta orang," kata dia.

Disamping berkurangnya beban negara karena anggaran subsidi yang mengecil, Rhenald menilai pemerintah akan sangat diuntungkan dengan semakin besarnya pendapatan negara yang berasal dari penerimaan di sektor pajak, sebab wajib pajak akan bertambah.

Penerimaan dari sektor pajak ini, lanjutnya, dapat digunakan untuk memperbaiki fasilitas, infrastruktur, dan akses kepada pendidikan dan kesehatan yang berkualitas.

"Setelah pajak ditingkatkan, dapat juga sektor usaha dikembangkan, sehingga kelas bawah dapat diangkat ke kelas menengah," ujarnya.

Sementara itu, Chied Economist and the Director of the Poverty Reduction and Economics Management and Private and Financial Sector Department fir the East Asia and Pacific Region of The World Bank Vikram Nehru seperti dikutip dari laman worldbank.com menilai pertumbuhan kelas menengah secara empiris telah terbukti mampu meningkatkan tingkat keterbukaan (governance) menjadi lebih baik, reformasi yang berpihak pada pembangunan, serta perbaikan sarana infrastruktur.

Masyarakat yang memperoleh status kelas menengah, ujar Vikram, biasanya mulai menabung serta memperoleh pendidikan lebih baik dan mereka memilih untuk menggunakan hak politiknya untuk menekan pemerintahan agar lebih akuntabel.

"Hal yang paling menarik adalah bahwa semakin banyak masyarakat yang masuk dalam kelas menengah, upaya pengurangan kemiskinan akan mudah dilakukan," ujarnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya