Kualitas Manusia Indonesia di Bawah Rata-Rata

Warga Miskin Jakarta
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVAnews - Badan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa Bangsa (United Nation Development Program/UNDP) merilis Laporan Pembangunan Manusia (Human Development Index/HDI) dari 182 negara, 2 November 2011. Indeks ini memperlihatkan kualitas manusia, berdasarkan kesehatan, pendidikan, dan pendapatan.

BUMI Resources Cetak Laba Bersih US$117,4 Juta di Tahun 2023

Dalam laporannya, UNDP menempatkan Norwegia, Australia dan Belanda berada di posisi tertinggi dalam HDI 2011. Sementara Kongo, Niger dan Burundi berada pada peringkat terbawah.

Dimana posisi Indonesia? Indeks Pembangunan Manusia Indonesia berada pada angka 0.617 dan menempatkan pada peringkat 124 dari 187 negara. Sedangkan HDI Asia Timur dan Pasifik sebagai peringkat regional meningkat dari 0.428 di 1980 menjadi 0.671 saat ini, sehingga menempatkan Indonesia di bawah rata-rata regional.

Otorita IKN Dukung Pengembangan Ekosistem Startup di IKN

Sementara itu, Amerika Serikat, Selandia Baru, Kanada, Irlandia, Liechtenstein, Jerman dan Swedia terpental dari 10 negara teratas dalam HDI 2011. Namun, ketika indeks ini disesuaikan dengan kesenjangan internal dalam bidang kesehatan, pendidikan dan pendapatan, beberapa negara terkaya terlepas dari 20 negara teratas HDI.

Beberapa negara itu diantaranya AS yang sebelumnya di peringkat ke empat terpental ke posisi 23, Republik Korea sebelumnya di peringkat 15 kini terperosok di peringkat 32, dan Israel sebelumnya di posisi 17 sekarang anjlok ke posisi 25.

Lippo Karawaci Cetak Pendapatan Rp 17 Triliun di 2023, Kantongi Laba Bersih Rp 50 Miliar

Amerika Serikat dan Israel anjlok karena ketidaksetaraan terutama karena ketidaksetaran pendapatan, meskipun perawatan kesehatan juga merupakan faktor dalam perubahan peringkat AS. Sementara itu, kesenjangan pendidikan yang lebar antar generasi juga mengakibatkan HDI Korea menurun.

Beberapa negara mengalami kenaikan HDI karena kesetaraan internal yang relatif lebih besar dalam kesehatan, pendidikan dan pendapatan. Misalnya Swedia yang melompat peringkatnya dari peringkat ke 10 menjadi posisi lima tahun ini, lalu ada Denmark yang sebelumnya pada posisi 16 naik ke posisi 12 dan Slovenia sebelumnya di posisi 21 melompat ke posisi 14.

HDI dan dua indeks komposit lainnya, yaitu Indeks kemiskinan multidimensional dan ketidaksetaraan gender dirancang untuk melengkapi laporan pembangunan manusia yang didasarkan pada rata-rata nasional di sekolah, harapan hidup, dan pendapatan perkapita.

HDI 2011 mencakup 187 negara dan wilayah dengan catatan jumlah negara ini naik dari 169 pada 2010 lalu yang mencerminkan sebagai peningkatan ketersediaan data untuk banyak negara-negara kepulauan kecil di Karibia dan Pasifik. Sebagai catatan, peringkat negara pada HDI 2011 tidak sebanding dengan angka pada 2010.

"Indeks Pembangunan Manusia Ketidaksetaraan yang disesuaikan membantu kita menilai baik tingkat pembangunan untuk semua segmen masyarakat, bukan untuk hanya ramalan bagi kebanyakan orang," kata Chief Statistician untuk Human Development Report, UNDP, Milorad Kovacevic, dalam keterangan pers yang diterima VIVAnews, Rabu, 2 November 2011.

"Kami mempertimbangkan kesehatan dan pendidikan distribusi hanya sebagai bagian penting dalam persamaan pendapatan dan data menunjukkan ketidakadilan terjadi di banyak negara." tambahnya.

Dalam Laporan HDI 2011 yang diberi judul Sustainability and Equity: A Better Future for All, mencatat bahwa distribusi pendapatan memburuk di sebagian besar negara dan Amerika Latin adalah wilayah yang paling tidak setara dalam pendapatan. Meskipun beberapa negara termasuk Brazil dan Chile mengalami penurunan kesenjangan pendapatan, namun dalam hal HDI secara keseluruhan, termasuk harapan hidup dan sekolah, Amerika Latin menunjukkan lebih adil dari negara-negara sub-Sahara Afrika.

Kemudian, untuk menilai distribusi pendapatan serta berbagai tingkat harapan hidup dan pendidikan dalam populasi nasional, HDI menggunakan metodologi yang dikembangkan oleh ekonom Inggris, Sir Anthony Barnes Atkinson.

"Kami menggunakan pendekatan Atkinson untuk mengukur ketidaksetaraan dalam kesehatan, pendidikan dan pendapatan, karena lebih sensitif terhadap perubahan di bawah skala dibandingkan yang lebih akrab, koefisien Gini," kata Kovacevic.

Rata-rata peringkat HDI telah meningkat pesat sejak 1970 yaitu 41 persen secara global dan 61 persen dari jumlah negara HDI saat ini yang mencerminkan keseluruhan kenaikan dalam kesehatan, pendidikan dan pendapatan.

Dalam grafik HDI 2011 kemajuan selama lima tahun terakhir dapat menunjukkan tren nasional terakhir. Sebanyak 72 negara peringkatnya bergerak naik selama periode 2006-2011 yang dipimpin oleh Kuba (+10 ke #51), Venezuela dan Tanzania (masing-masing 7 #73 dan #152), sementara 72 lainnya anjlok termasuk Kuwait (-8 jadi #63) dan Finlandia (-7 ke #22).

Lalu, 10 negara yang berada pada tempat terakhir di HDI 2011 semua berada di sub-Sahara Afrika yaitu Guinea, Republik Afrika Tengah, Sierra Leone, Burkina Faso, Liberia, Chad, Mozambik, Burundi, Niger, dan Republik Demokratik Kongo.

Meskipun ada kemajuan pada HDI kali ini, namun ukuran rendah banyak negara masih menderita dari pendapatan yang tidak memadai, kesempatan pendidikan terbatas, dan harapan hidup rata-rata jauh di bawah rata-rata dunia karena sebagian besar kematian diakibatkan oleh penyakit yang dapat dicegah dan diobati seperti malaria dan AIDS.

Dalam banyak hal, masalah ini diperparah oleh warisan destruktif konflik bersenjata. Di negara dengan peringkat terendah pada HDI 2011, Republik Demokratik Kongo, lebih dari tiga juta orang meninggal akibat perang dan konflik dan akibat penyakit dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini mendorong operasi penjaga perdamaian terbesar dalam sejarah PBB.

Lebih lengkap mengenai Human Development Index, lihat di tautan ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya