- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews - Mantan Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Dahlan Iskan lebih menyukai bekerja di ruang rapat dibandingkan ruang kerjanya. Di ruang rapat, banyak ide mengalir dari para peserta rapat dan mencapai muara.
Dalam bukunya bertajuk "Dua Tangis dan Ribuan Tawa" ia mengatakan, ruang rapat harus jadi tempat apa saja: debat, baku ide, berbagi kue, dan saling ejek dengan jenaka.
"Saya bangga ruang rapat PLN bukan lagi sebuah tempat biasa, tapi bisa menjadi katalisator yang menyenangkan," kata Dahlan.
Dahlan menyatakan karyawan PLN umumnya lulusan terbaik rangking 1 hingga 10 dari universitas-universitas terbaik Indonesia, sehingga ia memberikan kemerdekaan ide kepada mereka. Dahlan sadar bahwa mayoritas karyawan PLN adalah lulusan terbaik dan mereka sudah memiliki semuanya kecuali kemerdekaan ide.
"Orang yang terlalu sering diberi arahan akan jadi bebek. Orang yang terlalu sering diberi instruksi akan jadi besi. Orang yang terlalu sering diberi peringatan akan jadi ketakutan. Orang yang terlalu sering diberi pidato kelak hanya bisa minta petunjuk," katanya.
Sebagai contoh, dalam setiap surat disposisi Dirut PLN, dia jarang menuliskan saran, pendapat, instruksi, larangan, atau kata-kata yang bersifat basa-basi untuk menunjukkan bahwa dia merupakan bos PLN. Ia hanya menuliskan paraf dan nama orang yang harus membaca surat tersebut.
Ia yakin, tanpa disposisi satu kata pun, mereka tahu apa yang terbaik yang harus dilakukan. "Saya sangat mempercayai, jika seseorang diberi kepercayaan, rasa tanggung jawabnya akan muncul. Kalau toh ada yang tidak seperti itu, hanyalah pengecualian," katanya.
Soal Anggapan Raja Penalti Liga 1, Begini Pembelaan Arema FC
Arema FC menolak anggapan sebagai tim paling diuntungkan oleh wasit karena banyak menerima hadiah penalti di Liga 1. Singo Edan menilai penalti yang mereka dapat murni.
