- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews - Bank Indonesia telah membeli surat berharga negara (SBN) sebesar Rp65 triliun dalam tiga bulan terakhir untuk membantu menstabilkan nilai tukar rupiah.
Deputi Gubernur BI, Hartadi A Sarwono, mengatakan, penanganan krisis Eropa dan Amerika kini berbeda dibanding sebelumnya, karena itu, BI mengintervensi dengan cara membeli SBN di pasar sekunder. Di waktu yang sama, BI juga masuk pasar valas untuk membeli rupiah.
"Ini baru sekarang dilakukan, jika 2008 hanya mengintervensi valas," ujar Hartadi dalam Pertemuan Tahunan Perbankan dengan media di Bank Indonesia, Jakarta, Selasa malam, 13 Desember 2011.
Bahkan, saat ini, BI merupakan pemain terbesar SBN. Surat Berharga Negara yang dimiliki BI itu kini digunakan untuk reverse repo oleh bank, sebagai pengganti instrumen moneter seperti Sertifikat Bank Indonesia.
Menurut Hartadi, ketidakpastian kondisi global akan terus terjadi, karena saat ini kondisi negara yang terkena krisis Eropa masih belum jelas. Sementara itu, prediksi pertumbuhan ekonomi global terus menurun, dari awalnya 4 persen menjadi 3,6 persen dan bisa menjadi 2,6 persen tahun depan. Beruntung, kondisi domestik Indonesia masih akan tetap tumbuh.
"Kami optimistis, namun harus tetap waspada. Tidak perlu bertepuk dada karena ketahanan sektor riil tinggi," ujarnya. (art)