- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews - Jaringan website properti, iProperti Group, mengungkapkan mayoritas penduduk Indonesia belum menjadikan properti sebagai instrumen investasi jangka panjang.
"Jenis properti lain seperti perumahan yang disubsidi oleh pemerintah, hotel, dan ruko hanya dipilih sebagian kecil masyarakat Indonesia," kata Chief Executive Officer (CEO) iProperti Group, Shaun Gregorio, dalam keterangan tertulis yang diterima VIVAnews.com, Rabu, 22 Februari 2012.
Dari survei iProperti, mayoritas penduduk Indonesia yang disurvei telah memiliki rumah sebesar 91,2 persen. Sementara itu, 4,9 persen lainnya memiliki apartemen.
Shaun mengungkapkan, dalam survei itu juga diketahui bahwa 33,6 persen dari sampel yang disurvei, memiliki satu atau lebih properti. Namun, dibandingkan negara lain, kepemilikan properti Indonesia dinilai lebih rendah.
"Misalnya Malaysia sebesar 40 persen. Penduduk Malaysia memiliki dua atau lebih properti dan merupakan proporsi yang lebih tinggi dibandingkan di negara lain," ujar dia.
Shaun berharap, para pengembang properti ke depan bisa membantu mendorong masyarakat Indonesia memiliki properti. Lebih jauh, mereka diharapkan bisa menjadikan properti tersebut sebagai investasi jangka panjang.
Berdasarkan survei dari Badan Pusat Statistik pada 2010, kebutuhan rumah layak tinggal di Indonesia mencapai hingga 13 juta unit dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta jiwa.
Saat ini, sekitar 78 persen dari jumlah penduduk itu telah menempati properti yang layak sebagai tempat tinggal. Sementara itu, sisanya sebesar 21 persen atau sekitar 13 juta keluarga belum menempati properti pribadi. (art)