Pertamina Tak Khawatir Harga BBM Fluktuatif

Pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi
Sumber :
  • VIVAnews/ Muhamad Solihin
VIVAnews - PT Pertamina akan mengikuti keputusan pemerintah terkait opsi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, yakni naik Rp1.500 per liter atau subsidi tetap Rp2.000 per liter. Namun Pertamina, lebih menyukai opsi kedua.
Pemain Ini Cocok Gabung Man City, Kata Aguero

"Kami sih ikuti pemerintah saja, bagaimana keputusannya," kata Wakil Presiden Komunikasi Korporat Pertamina, Mochamad Harun, di Jakarta, Rabu 29 Februari 2012.
Ungkapan Airlangga Hartarto Kalau Golkar Bangga Prabowo-Gibran Menang Pilpres 2024

Jika harga BBM bersubsidi naik Rp1.500, menurut Harun, itu wajar karena pernah dialami Indonesia pada 2008. Namun, jika boleh memilih, Pertamina condong pada opsi subsidi tetap Rp2.000 per liter, karena dapat membangun efek psikologis di masyarakat kalau harga BBM itu mahal.
Sedang Tersandung Kasus Penyalahgunaan Narkoba, Ammar Zoni Ungkap Doa untuk Anak dan Kelurga

"Ini akan mengajarkan bahwa kita harus hemat dalam menggunakan BBM. Selain itu, hitungan subsidinya jadi fixed," katanya.

Untuk implementasinya, Pertamina tidak akan mengalami kesulitan, karena harga fluktuatif ini telah diimplementasikan pada harga Pertamax dan Pertamax Plus. "Kelamaan juga masyarakat akan terbiasa dengan harga BBM berfluktuasi," jelasnya.

Sementara itu, dalam paparan Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia dengan Komisi VII DPR RI, Selasa 29 Februari 2012, Dirjen Migas, Evita Legowo mengatakan berdasarkan kajian Universitas Indonesia, jika pemerintah menggunakan subsidi tetap Rp2.000 per liter akan menyebabkan inflasi sebesar 2,43 persen. Namun, jika harga BBM naik Rp1.500 per liter hanya menyebabkan inflasi 2,15 persen.

Berdasarkan kajian UI, pemerintah lebih memilih opsi subsidi tetap sebesar Rp2.000 per liter, karena pengurangan beban subsidi BBM akan lebih signifikan pada saat harga minyak mentah Indonesia (ICP) tinggi dan beban subsidi akan terkendali dari gejolak ICP, sehingga risiko kenaikan subsidi hanya dari penambahan volume BBM.

"Akan bermanfaat jangka panjang dalam pengendalian subsidi BBM," jelasnya.

Jika menggunakan opsi pertama, yaitu harga naik Rp1.500 per liter menjadi Rp6.000 per liter, itu akan menyebabkan risiko kenaikan subsidi berasal dari kenaikan harga ICP dan penambahan volume BBM.

"Hanya signifikan jangka pendek dalam pengurangan subsidi BBM," katanya. (art)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya