Dana Keluar Belum Masuk Tahap Waspada

Rahmat Waluyanto
Sumber :
  • doc.daylife

VIVAnews - Keluarnya dana asing dari pasar keuangan Indonesia dinilai masih dalam tahap wajar. Bahkan, berdasarkan Crisis Management Protocol yang dimiliki pemerintah, dana keluar (outflow) itu belum masuk tahap waspada.

"Crisis Management Protocol belum mengindikasikan kita masuk situasi siaga atau krisis, waspada pun tidak," ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Utang, Kementerian Keuangan, Rahmat Waluyanto, di kantornya, Jakarta, Rabu 30 Mei 2012.

Rahmat menjelaskan, dalam Crisis Management Protocol itu, beberapa indikator yang digunakan sebagai peringatan dini jika akan menghadapi krisis adalah yield obligasi pemerintah, indeks harga saham gabungan (IHSG), Surat Utang Negara (SUN), dan hasil lelang.

Dari sisi kepemilikan asing dalam Surat Berharga Negara (SBN), menurut dia, penurunannya tidak terlalu signifikan, yaitu sekitar Rp4 triliun. Berdasarkan pengalaman yang dimiliki pemerintah, penurunan tersebut tidak lebih parah dari 2008 yang mencapai sekitar Rp30 triliun.

"Ini satu bulan masih sekitar Rp4 triliun. Dalam waktu tiga hari terakhir penurunan sekitar Rp400-500 miliar, jadi semakin turun magnitude," tambahnya.

Rahmat menjelaskan, ada beberapa faktor yang mendorong kepercayaan pasar sedikit menurun saat ini. Pertama, ekspektasi peningkatan inflasi akibat rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi beberapa waktu lalu. Kedua, memburuknya kondisi zona Eropa saat ini.

Ketiga, untuk pasar SUN bulan Mei ada kondisi khusus, setelah mengalami January Effect. Investor cenderung melakukan jual pada Mei, lalu keluar. "Jadi, mereka sudah mendapatkan capital gain, sekarang dijual, tinggal wait and see," ujarnya.

Menurut Rahmat, dari sisi SBN dan SUN tidak menunjukkan indikasi krisis. Terlebih, saat ini, pemerintah telah memiliki pinjaman siaga yang dapat digunakan jika diperlukan. "Kami juga masih melakukan lelang, dan investor saat ini confidence," ungkapnya.

Pemerintah memiliki contingency loan yang bisa ditarik sewaktu-waktu. Asing mengurangi kepemilikan di surat berharga dengan jangka waktu pendek seperti 3-5 tahun. "Saya lihat proporsi SBN yang masih dipegang asing itu yang jangka panjang," ujarnya.

Menurut dia, yang perlu dikhawatirkan saat ini adalah pergerakan valuta asing di pasar keuangan. Sebab, banyak eksportir yang menahan dana hasil kinerja ekspornya saat ini. "Untuk pasar valas, di situ mungkin sudah mengindikasikan yang lain," lanjutnya.

Rahmat optimistis Bank Indonesia memiliki langkah-langkah konkret guna mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya dengan cara menyerap valas dari perbankan nasional, sehingga peredaran valas, khususnya dolar AS tetap tersedia di pasar keuangan Indonesia.

"Kami sambut baik, karena dampaknya akan menenangkan pasar, meskipun itu bukan tugas utama mereka," ujarnya. (art)

Warga Brebes Ramai-ramai Gadai Emas Usai Dipakai Lebaran
Heboh Foto Pendeta Gilbert Pegang Bendera Israel

Heboh! Beredar Foto Pendeta Gilbert Peluk Bendera Israel

Menyusul kontroversi yang dibuat Pendeta Gilbert Lumoindong terkait salat dan zakat dalam Islam, kini muncul potret Gilbert tengah berfoto dengan bendera Israel.

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024