Dari Tangerang, Barang Bekas Ini Mendunia

Founder Lumintu Slamet Riyadi
Sumber :
  • Danamon

VIVAnews - Krisis ekonomi yang terjadi pada 1998 tak membuat Slamet Riyadi patah semangat. Bapak empat anak ini terus berusaha mengembangkan kreasinya dari olahan bahan bekas. Dari tangannya yang terampil, ribuan barang bekas jadi produk bertaraf internasional.

Semula, Slamet merasa prihatin dengan kondisi kampungnya di Tangerang, Banten, karena banyak bapak-bapak dan ibu-ibu lanjut usia yang tidak memiliki kesibukan. Berangkat dari situ lah ia mencoba mendirikan pusat kerajinan tangan yang kelak diberi nama Lumintu Recyle Art. "Lumintu sendiri berarti lumayan itung-itung nunggu tutup usia," kata Slamet saat berbincang dengan VIVAnews di Jakarta, pekan lalu.

Dari Lumintu lah, Slamet mencoba memproduksi bahan bekas seperti plastik, bungkus pasta gigi hingga kertas alumunium. Semua bahan tadi digunakan untuk membuat beragam hiasan rumah tangga seperti dekorasi, bunga hias, hingga tas yang kini mulai dikenal khalayak ramai.

"Awalnya kami buat hal yang sederhana seperti bunga hias itu, hanya untuk pendidikan anak sekolah," ujarnya. "Tapi setelah berkembang kami bisa merangkul lansia yang ada sekitar kampung kami."

Slamet pun kerap merasakan jatuh bangun. Apalagi saat itu masyarakat masih memandang sebelah mata terhadap barang bekas. Masyarakat masih berpikiran barang bekas tak layak pakai, sehingga Slamet harus berkerja ekstra keras untuk memperkenal hasil karyanya. Tak jarang ia harus berjualan di kaki lima, masjid, bahkan gereja.

"Kami buat dengan sepenuh hati, tapi dijualnya setengah mati. Apalagi kalau orang tahu ini bahan daur ulang dari sampah, kebanyakan para calon konsumen mundur dan tidak mau beli," tuturnya

Akan tetapi keadaan tersebut berubah setelah pada 1999 Slamet mencoba mengikuti pameran di Jakarta Convention Center, Senayan, masyarakat pun mulai mengandrungi karyanya. Saat itu Kementerian Lingkungan Hidup menjadi salah satu sponsor utama produk Lumintu. Tak hanya pameran tingkat nasional, karya Slamet pun bersaing di kancah pameran internasional seperti di Shanghai dan Abudabi.

Berkat pameran tersebut produk Lumintu mulai di ekspor ke 11 negara, di antaranya Singapura, Brunia Darussalam, Malaysia, Kanada, dan Spanyol.

Berkat kerja kerasnya tersebut, Slamet mulai menikmati hasil yang cukup mengiurkan. Dalam satu bulan dia berhasil mengantongi puluhan juta per bulan. Ia pun kerap diminta memberi pelatihan di sekolah bertaraf internasional. Slamet diminta mengajari siswa membuat anyaman dan kreasi robot-robotan berbahan bohlam lampu bekas, kabel, botol bekas, dan kertas alumunium. Semuanya pun di lakukan dengan senang hati.

"Mereka justru mau menghargai kami. Jadi income Lumintu bukan hanya dari produk saja tapi juga dari pelatihan," katanya.

Jadi Apparel 4 Klub Liga 1, Jenama Lokal Ini Ingin Gebrak Internasional
Duel Madura United vs Arema FC

Banyak Berkutat di Zona Degradasi, Arema FC Bersyukur Lolos dari Lubang Jarum

Musim kompetisi Liga 1 2023-2024 Arema FC akrab dengan posisi zona degradasi. Nyaris sepanjang musim Arema FC berkutat di zona merah

img_title
VIVA.co.id
2 Mei 2024