- VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVAnews - Bank Indonesia (BI) mencatat tekanan inflasi dan gejolak inflasi selama bulan Ramadhan didorong oleh berbagai faktor, diantaranya oleh volatile food dan gejolak harga pangan.
Berdasarkan data Tinjuan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Agustus 2012, realisasi inflasi kelompok volatile food Juli 2012 secara bulanan tercatat meningkat, yaitu dari 1,73 persen month to month (mtm) bulan sebelumnya menjadi 1,82persen (mtm).
Tekanan inflasi kelompok volatile food terutama berasal dari kenaikan harga aneka daging (ayam dan sapi) serta telur yang cukup signifikan.
Selain karena kenaikan permintaan menjelang dan selama Ramadhan, peningkatan harga daging ayam juga dipicu oleh meningkatnya biaya produksi akibat kenaikan harga day old chicken (DOC) dan pakan ternak.
Harga pakan ternak yang meningkat itu merupakan dampak dari meningkatnya harga impor jagung dan kedelai internasional. Sementara itu, kenaikan harga daging sapi diakibatkan oleh belum memadainya pasokan di pasar meski pemerintah telah menambah kuota impor daging sapi sebesar 7 ribu ton, yang diperuntukkan bagi industri pengelolahan.
Sumber inflasi volatile food juga berasal dari kenaikan harga beras, seiring dengan penurunan pasokan terkait berakhirnya musim panen di sejumlah sentra produksi. Di sisi lain, bawang merah, cabe merah dan minyak goreng pada Juli 2012 memberikan sumbangan deflasi, sejalan dengan bertambahnya pasokan.