- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews - Para pedagang tahu dan tempe masih khawatir dengan harga kedelai, yang sampai saat ini masih ada kemungkinan untuk berfluktuasi. Mereka tidak ingin harga bahan dasar tempe dan tahu itu kembali tidak stabil dan melonjak drastis usai libur Lebaran.
Koordinator Koperasi Perajin Tempe Tahu Indonesia (KOPTI) Jakarta Selatan, Sutaryo, mengatakan sampai saat ini upaya pemerintah untuk menurunkan harga kedelai masih belum berpengaruh kepada harga kedelai di pasaran.
"Walaupun menteri perdagangan telah mengumumkan pembebasan bea masuk pada 1 Agustus namun sampai sekarang di Kepabeanan masih belum ada surat keputusan untuk itu," kata Sutaryo ketika dihubungi VIVAnews, Minggu 19 Agustus 2012.
Sutaryo mengatakan harga kedelai, yang berada di angka Rp7.500/kg saat ini belum dipengaruhi oleh pengurangan bea impor sebesar 5 persen oleh pemerintah.
Harga kedelai sebesar itu, kata Sutaryo, sebenarnya masih mampu ditanggung oleh para perajin. Namun, jangan sampai harga berubah drastis dalam waktu dekat. "Yang kita inginkan adalah kepastian harga dalam beberapa waktu ini," tegasnya.
Saat ini, menurut Sutaryo, para importir selalu memberikan harga sesuai dengan yang tertera di pasar lelang Amerika Serikat. "Kalau mereka beli dengan harga Rp6.000 dua bulan kemarin, tetap hari ini mereka menjualnya Rp7.500 jika harga lelang di Amerika Rp7.300 per kilonya," Sutaryo menjelaskan.
Importir yang selalu mengambil harga di pasar Amerika ini, yang menurut Sutaryo, akan membuat resah para perajin.
Oleh karena itu, dia meminta agar Bulog membeli dari para importir dalam jumlah besar dan menjamin kalau harga tidak akan naik dalam beberapa waktu ke depan. (ren)