Anggi, Web Designer Lokal Beromzet Dolar AS

Anggi Krisna
Sumber :
  • Dokumentasi Pribadi

VIVAnews - Lelah dan putus asa dengan hasil yang diperoleh sebagai karyawan sebuah perusahaan, seringkali mendorong seseorang untuk mengambil lompatan besar dalam hidupnya. Salah satu lompatan itu adalah dengan mewujudkan mimpi membangun bisnis. Ada yang sukses, tak sedikit pula yang masih harus menapaki getirnya perjuangan.  

Anggi Krisna, pria berusia 31 tahun, mungkin salah satu yang perlahan-lahan mulai menikmati buah usahanya dari keputusan besarnya lima tahun lalu. Anggi sebelumnya adalah karyawan di sebuah perusahaan swasta yang mengaku putus asa dengan hasil yang didapatnya selama berkarya.

Di balik keputusasaannya itu, Anggi justru mulai mengenali potensi dan kemampuan yang dimilikinya dalam bidang grafis website atau dikenal web designer. Keahlian inilah yang kini membawanya ke arah masa depan yang lebih baik.

"Saya memang bukan ahli teknologi informasi atau bahkan web designer sekalipun. Saya lulus dari IPB (Institut Pertanian Bogor) Fakultas Perikanan. Hanya saja, sejak duduk di bangku kuliah, saya lebih menyukai kegiatan yang berhubungan dengan desain dalam sebuah web di internet," ungkap Anggi dalam perbincangan dengan VIVAnews di sebuah restoran di Bandung, Jawa Barat.

Sejak lulus pada 2004, Anggi tak terlalu sulit mendapatkan pekerjaan. Namun, pada Februari 2007, Anggi hengkang dari tempat kerjanya itu untuk mencoba peruntungan di bidang bisnis yang menjadi ketertarikannya. Pilihannya jatuh pada bidang grafis sebagai freelancer web design.

"Saat itu, saya baru menikah 4 bulan. Saya mencoba meminta izin kepada ayah mertua untuk mencoba menjalani pekerjaan online ini dengan batas waktu satu tahun," ungkap Anggi.

Diburu waktu yang ada, Anggi mulai menekuni profesi barunya tersebut. Pria ini mulai rajin menjalin komunikasi online bersama teman-temannya sesama freelancer (sebutan web designer). Alhasil, desain-desain website lokal pun dibuat oleh pria asal Bandung ini.

"Awalnya saya coba membuat desain di dalam negeri, ya lumayan ada napas. Dengan harga pertemanan yang saya tawarkan. Namun, dengan harga pertemanan ini, tidak bisa membuat saya puas, sehingga mencoba membuka hubungan dengan beberapa orang di luar negeri," paparnya.

Tak puas dengan hasil yang diperolehnya dari pekerjaan di dalam negeri, Anggi pun memutuskan go global. Lewat sejumlah rekannya di luar negeri, keputusan Anggi untuk masuk dunia web designer semakin mantap bahkan memperkuat ketertarikannya.

"Ketika pertama kali saya mencoba menawarkan diri, saya dibantu oleh agency yang memang khusus menawarkan proyek web designer di luar negeri," kata dia.

Gayung bersambut. Anggi akhirnya mendapatkan sejumlah proyek dari mitranya di luar negeri. Proyek itu memang tak terlalu besar. Anggi hanya mendapat bayaran sebesar US$130-300 per proyek.

Kelompok Kemanusiaan Periksa Persenjataan Mematikan yang Belum Meledak di Gaza

Keputusan Anggi untuk go global terbukti tepat. Kepuasan yang diperoleh kliennya di luar negeri berimbas pada banyaknya proyek yang menghampirinya. Bahkan kini, Anggi tak bisa lagi mengerjakan seluruh proyek yang diterimanya.

Nilai satu proyek yang dibebankan oleh konsumen, baik perusahaan maupun perorangan, sekitar US$300-1.000 per pekerjaannya. "Saat dibentuk team work, pekerjaan proyek kami sebulan rata-rata 10-15 proyek," ungkap Anggi.

Pundi-pundi Anggi pun makin tebal. Dari puluhan proyek yang digarapnya bersama tim, keuntungan bersih yang didapatnya kini berkisar Rp30-50 juta per bulan. Jika dibagi rata-rata, lulusan IPB ini sedikitnya mengantongi untung sebesar Rp1 juta per hari. (art)

MUI Ajak Masyarakat Doakan Timnas Indonesia: Juara Piala Asia U-23 dan Lolos Olimpiade
Pendukung Israel Mencoba Memprovokasi Mahasiswa  Pro Palestina di Universitas Ca

Pendukung Israel Provokasi Mahasiswa Pro Palestina di Universitas California

Seorang pendukung pro Israel melontarkan pernyataan marahnya kepada pengunjuk rasa mahasiswa Universitas California yang melanjutkan demonstrasi mendukung Palestina

img_title
VIVA.co.id
29 April 2024