Modal Minim, Kripik Pisang Wanita Ini Kuasai Jawa Timur

Ida Widyastuti, pendiri Roemah Snack Mekarsari
Sumber :

VIVAnews – Ida Widyastuti tidak pernah menyangka jika usaha yang didirikannya, , Sidoarjo, bisa eksis dan terkenal hingga sekarang. Padahal, dahulu, saat memulai bisnisnya pada 2002, dimulai dengan cara sangat tradisional dan sederhana.

Erling Haaland Ganas, Man City Depak Arsenal di Puncak Usai Bekuk Tottenham

"Dulu saya beli pisang sendiri, memotongnya, dan menjemurnya sendiri. Bahkan, harus bolak-balik pasar tradisional yang becek," ujar Ida kepada VIVAnews.

Wanita kelahiran 30 Oktober 1974 ini mengaku tidak malu walau modalnya untuk memulai usaha sangatlah kecil dan setiap hari harus menggunakan becak ke pasar tradisional di daerahnya untuk menjajakan hasil produksinya.

Sosok Jenderal Pembangkang pada Masa Orba Soeharto, Kini Raih Pangkat Bintang 5

Waktu itu, Ida masih sangat mengandalkan pasar tradisional sebagai pasar utama produknya. Untuk itu, hingga tiga tahun usahanya berdiri, ia memfokuskan diri untuk menguasai pasar Jawa Timur lewat pasar tradisional.

Usahanya membuahkan hasil. Produk keripik pisangnya mulai diterima oleh masyarakat dan semakin banyak permintaan. Saat itulah, Ida memfokuskan untuk membuat usahanya lebih besar lagi. Akhirnya, dia menggandeng para usaha kecil dan menengah (UKM) lain untuk memperkaya produknya.

Belajar Jadi Pendeta, Wanita Ini Malah Mantap Mualaf dan Berhijab

"Sampai saat ini, ada 50 UKM yang berada di bawah Roemah Snack Mekarsari,” ujarnya.

Selain ikut membantu para UKM di sekitar tempatnya tinggal, Ida juga membantu para petani pisang yang menjadi pemasok utama bahan camilannya. Terhitung, saat ini sudah ada 200 lebih petani pisang yang berada di bawah bimbingannya.

Demi mendapatkan kualitas pisang yang baik, ia pun membantu para petani tersebut dengan memberikan bantuan, baik itu berupa pupuk ataupun bibit pisang. Atas usahanya memberdayakan petani pisang, Ida mendapatkan penghargaan Green Enterpreneur dari wirausaha Mandiri.

Suami Berhenti Kerja

Sebetulnya, kehidupan Ida tidaklah sulit, karena karier suaminya waktu itu juga sangat baik. Sewaktu ia memulai usaha, suaminya telah menjabat sebagai manajer suku cadang di salah satu perusahaan otomotif terkemuka di Indonesia.

Namun, karena kewajiban pekerjaan dan suaminya yang sering berpindah-pindah rumah mengikuti lokasi penugasan, membuatnya bosan dan ingin berusaha sendiri. 

Akhirnya, pada 2005, saat usaha Ida mengalami kemajuan pesat dan ia pun berkeinginan untuk semakin memajukan usahanya tersebut. Meski suaminya ditugaskan untuk bekerja di Jakarta, ia kukuh untuk tidak pindah ke Jakarta dan menetap di tempatnya saat ini di Sidoarjo.

Walau kukuh, Ida juga tidak ingin memaksa suaminya untuk meninggalkan pekerjaannya, karena memang posisi suaminya sudah baik. Saat itu, sangat nyata di ingatannya, kalau ia memberikan pilihan kepada suaminya.

"Papa tidak apa-apa kerja di Jakarta dengan konsekuensi seminggu atau dua minggu sekali pulang ke Sidoarjo atau papa memilih mengembangkan usaha di sini," kata Ida menirukan ucapannya kepada suaminya kala itu.

Ida mengungkapkan, karena pekerjaan, suaminya saat itu kerap berangkat pagi dan pulang hingga larut. Belum lagi, jika akhir bulan, kadang sang suami tidak pulang ke rumah, karena harus mengerjakan laporan yang menumpuk.

Melihat kondisi itu, dia pun mengingatkan suaminya, jika energinya digunakan untuk memajukan usaha mereka agar perusahaan yang dirintisnya berkembang dengan pesat. Saat itulah, akhirnya sang suami resmi mengundurkan diri dari pekerjaannya dan hingga sekarang bersama-sama dengan Ida membangun usahanya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya