- VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVAnews - Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) menyesalkan aksi demonstrasi yang diwarnai radikalisme hingga penutupan pabrik oleh para buruh beberapa waktu lalu.
Organisasi para pekerja ini bahkan siap unjuk kekuatan fisik jika aksi sweeping dan pendudukan pabrik masih dilakukan oleh segelintir buruh.
Hal tersebut diungkapkan Wakil Ketua Umum KSPSI, Syukur Sarto, ketika dihubungi VIVAnews di Jakarta.
Menurut Syukur, sejumlah anggota organisasinya terpaksa tidak bisa bekerja, karena pabriknya terkena aksi sweeping oleh para buruh. Bahkan, sejak 3 Oktober 2012 hingga saat ini, masih ada pabrik yang tutup beroperasi.
Aksi buruh tersebut, dia melanjutkan, jelas merupakan pelanggaran normatif yang sudah mengarah pada kriminalisme. "Bukan membela buruh, malah menyengsarakan pekerja. Itu bukan lagi membela, tapi merugikan," katanya.
Selama ini, KSPSI mengaku telah melayangkan protes kepada Polri, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, bahkan Menko Perekonomian terkait aksi sweeping yang dilakukan para buruh.
"Bahkan, kami juga meminta kepada pemerintah, kalau sampai akhir bulan ini masih di-sweeping, bila perlu kami pakai kekuatan fisik," tegas Syukur.
Pemerintah dianggap telah bersikap mendua dengan melakukan pembiaran aksi buruh dengan dalih kebebasan berserikat. Bagi KSPSI, aksi itu memang bebas dilakukan. Namun, bukan berarti ada pembiaran dari aksi yang mengarah kriminalisme.
Seperti diketahui, para pengusaha mulai bersikap tegas terhadap aksi buruh yang dianggap mulai mengarah pada tindak kriminal. Selain men-sweeping, para buruh dituding melakukan aksi pendudukan pabrik, sehingga perusahaan tak bisa beroperasi.
Sebagai bentuk protes, para pelaku usaha mengancam akan menggelar aksi mogok massal menuntut kepastian hukum. Bagi pengusaha, masalah yang terjadi bukan antara pelaku usaha dan buruh, melainkan aparat keamanan yang melakukan pembiaran. (art)