Buah Kemiri Atasi Kelangkaan BBM?

Kelangkaan BBM
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVAnews - Tahun 2030 mendatang, minyak bumi yang ada di Indonesia diperkirakan habis setelah dieksploitasi puluhan tahun oleh perusahaan pengebor minyak yang sebagian besar merupakan perusahaan asing.

4 Pria Terkapar Babak Belur di Depan Polres Jakpus, 14 Anggota TNI Diperiksa

Untuk itu, diperlukan langkah pengembangan energi alternatif dalam mengatasi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak yang semakin hari makin langka.

"Sayang, pemerintah saat ini masih setengah hati kepada masyarakat yang akan mengembangkan energi laternatif seperti penanaman pohon kemiri atau pohon aren yang bisa dioleh sebagai energi alternatif pengganti solar yang masih diimpor," kata Prof. Suhardi, Ketua DPP Partai Gerindra Yogyakarta, Senin 26 November 2012.

Kemenhub Pastikan Mudik 2024 Lancar, Intip Daerah Tujuan Terbanyak hingga Angkutan Terfavorit

Sayang menanam pohon kemiri yang buahnya dapat diolah sebagai bio solar seakan dianggap sebelah mata oleh pemerintah yang terus berpikir untuk mengimpor BBM dengan harga pasaran internasional. Sedangkan subsidi kepada petani yang menanam energi alternatif ini kurang diperhatikan.

"Dengan menanam pohon kemiri selama lima tahun, maka dari buahnya setiap batangnya mampu menghasilkan satu barel atau 156 liter (bio solar) per tahun. Jika menanam empat juta hekter pohon kemiri, sudah ada satu juta barel per tahun dan tentunya kita bisa ekspor bio solar," ujar Suhardi.

5 Minuman Alami Bantu Atasi Radang Tenggorokan Selama Puasa

Anggapan pemerintah yang menilai energi alternatif harganya terlalu mahal dinilai pendapat sepihak. Sebab, pemerintah tidak pernah mensubsidi tanaman kemiri ataupun tanaman aren yang buahnya juga dapat dioleh menjadi bio solar. Pemerintah justru mensubsidi impor BBM.

"Seharusnya, pemerintah juga adil kepada masyarakat yang menanam energi alternatif, bukannya mensubsidi impor BBM," jelasnya.

Partai Gerindra, kata Suhardi, sudah mengembangkan energi alternatif dari pohon kemiri di Lamongan Jawa Timur, bersama dengan peralatan untuk pengolahannya. Namun, hingga saat ini pengembangan energi alternatif tersebut tidak berjalan mulus dengan meninggalnya Wakil Menteri ESDM, Wijajono Partowidagdo.

"Dulu, wakil menteri ESDM itu sudah meninjau dan siap untuk mengembangkannya. Namun, ketika beliau meninggal, penerusnya tidak memperhatikan pengembangan energi alternatif dari pohon kemiri tersebut," ujarnya.

Suhardi menambahkan, Partai Gerindra saat ini sedang mendalami UU Energi agar dapat diperbaiki dan jangan sampai ada ketidaktegasan dalam pengolahan energi di Indonesia.

"Saya bersyukur BP Migas dibubarkan, karena selama ini kebijakannya hanya menguntungkan segelintir perusahaan asing. Sedangkan perusahaan nasional tidak bisa berperan dalam pengolahan energi," tuturnya. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya