PLN: Siapa Saja Boleh Bangun PLTU Biomassa

PLTU Cirebon
Sumber :
  • Antara/ Yudhi Mahatma
VIVAnews - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) membuka kesempatan kepada investor atau perusahaan yang berminat membangun pembangkit listrik yang bersumber dari biomassa. Namun, PLN memberikan sejumlah persyaratan.
Zulhas Sebut Eko Patrio Pantas Menteri, Gerindra: Kami Senang-senang Saja

"Tidak masalah, siapa saja yang mau membangun pembangkit listrik biomassa di bawah 10 ribu MW itu. Tapi, sebelumnya, silakan datang ke PLN," kata Direktur Konstruksi PLN, Nasri Sebayang, saat ditemui di Kantor PLN Pusat, Jakarta Selatan, Selasa 12 Februari 2013.
Mendagri: Musrenbangnas Wadah Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Pemerintah Pusat dan Daerah

Nasri menambahkan, tidak ada peraturan yang menentukan pembangunan pembangkit listrik ramah lingkungan itu berada. "Lokasinya silakan," ujar dia.
Anggota DPR Haerul Amri Meninggal Dunia saat Kunjungan Kerja

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero Wacik, mendorong para pelaku usaha untuk membangun pembangkit listrik yang berasal dari bahan bakar yang ramah lingkungan, misalnya dari cangkang kelapa sawit, sekam, dan serbuk kayu.

Namun, ada juga pembangkit listrik yang sudah menggunakan bahan bakar ini, yaitu pembangkit listrik yang dibangun Growth Steel Group di Kawasan industri Medan, Sumatera Utara. PLTU biomassa itu berkapasitas 2x15 MW dan menggunakan 70 persen bahannya dari cangkang kelapa sawit.

Indonesia memang termasuk salah satu negara penghasil kelapa sawit. Tentunya, banyak cangkang kelapa sawit yang merupakan sisa produksinya.

Nasri juga menyayangkan jika cangkang kelapa sawit itu tidak digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik, tetapi justru diekspor ke luar negeri. Bahkan, ada satu daerah yang sama sekali tidak menjual cangkang kelapa sawit, karena biaya distribusinya lebih mahal daripada penjualannya.

"Saya pergi ke Kalimantan Barat, ke daerah yang berbatasan dengan Malaysia. Di sana, kelapa sawit banyak sekali. Hanya saja, di sana cangkang kelapa sawit tidak dijual, karena biaya distribusinya lebih mahal daripada biaya produksinya," tuturnya. (art)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya