Perusahaan Kertas Sukanto Tanoto Tinggalkan Batu Bara

Pabrik kertas
Sumber :
  • kiani.com
VIVAnews
Konten Bunda Corla dan Nikita Mirzani Jadi Kajian Dosen Universitas Mercu Buana
- Perusahaan penghasil bubur kertas terbesar di Asia Tenggara milik taipan Sukanto Tanoto, PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), berencana meninggalkan batu bara untuk bahan bakar pabriknya. Hal ini dilakukan untuk menekan emisi karbon dalam produksinya.
Tempat Produksi Tembakau Sintetis di Kos Digerebek Polisi, Modusnya Pelaku Berindah-pindah

Ketegasan itu disampaikan Head of Sustainability RAPP Dian Novarina di Pekanbaru. "Perusahaan akan beralih menggunakan batu bara ke gas," ujarnya, Jumat 15 Maret 2013.
BKN Ingatkan ASN Tak Boleh Menolak Dipindahkan ke IKN


Berdasarkan perhitungan jejak karbon (
carbon footprint
) yang dilakukan oleh Swedish Enviromental Research Institute (IVL) dari Swedia, pelepasan karbon banyak terjadi di sektor produksi pengolahan
pulp and paper
, meskipun pelepasan tersebut bisa diserap kembali oleh hutan industri yang ditanami kembali.


Dia menjelaskan, saat ini RAPP masih menggunakan batu bara hingga 13 persen dari total kebutuhan bahan bakar. Sisanya, berasal dari pembangkit listrik RAPP yang bersumber dari energi terbarukan. Karenanya, anak perusahaan APRIL itu telah menginvestasikan dana sekitar US$2,3 juta untuk membangun pabrik methanol yang merupakan sumber energi bahan bakar terbarukan.


"Yakni dengan mengolah
black liquor
yang merupakan hasil sampingan dalam proses pembuatan
pulp
serta
wood bark
," katanya.


Swedish Environmental Research Institute menilai, jejak karbon yang dihasilkan dalam proses produksi pulp dan kertas RAPP selama periode 2006-2009, ternyata pengelolaan hutan yang dilakukan oleh RAPP dapat mencegah emisi gas rumah kaca. Baik dari operasional di lahan mineral maupun di lahan gambut sebesar 45 hingga 55 persen dibandingkan tanpa pengelolaan oleh RAPP.


Namun angka ini tercatat masih tinggi dibandingkan industri serupa di Eropa. Hal ini salah satu disebabkan RAPP masih menggunakan batu bara dalam operasional pabriknya.


"Jadi, masih perlu upaya lain dari perusahaan untuk menekan emisi karbon," kata Director of Sustainable Organization, Product, and Processes IVL Elin Eriksson di Pekanbaru. (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya