Gerabah Tempel Bikin Pria Ini Jadi Jutawan

Gerabah tempel khas Yogyakarta.
Sumber :
VIVAnews -
Perang Iran Vs Israel Pecah, Arab Saudi Desak PBB Lakukan Ini
Dirumahkan dari perusahaan yang bergerak dalam ekspor kerajinan tangan tidak membuat Sunardi (31) patah arang. Pria yang akrab dipanggil Kenar ini berputar otak dan akhirnya muncul ide untuk membuat gerabah tempel.
BNPB Sebut 14 Orang Meninggal Dunia Akibat Tanah Longsor di Tana Toraja

Warga dusun Neco, Kabupaten Bantul, Yogyakarta ini melihat gerabah yang ada saat itu memiliki tampilan yang kurang menarik. Untuk itu, ia mencoba menghiasi gerabah dengan menempeli kulit bambu.
Royal Enfield Siapkan 4 Motor Baru, Ada Model 350 cc


Ia bersama dua temannya yang juga menganggur mulai membuat gerabah tempel dengan modal Rp80.000 pada 2002 lalu. Kenar awalnya mencoba-coba meniru kerajinan gerabah tempel yang telah ada dan memanfaatkan limbah kulit bambu yang cukup melimpah di dusunnya. Sebagian besar penduduk di dusunnya merupakan perajin 'kepang' atau 'gedhek' yang berbahan baku bambu.


Dari bekas kulit bambu yang tidak dipakai untuk kerajinan kepang itu dimanfaatkan untuk membuat gerabah tempel. Ia membeli kulit bamboo bekas setebal 0,5 milimeter dengan panjang 50-60 centimeter seharga Rp 1500-2000 per ikat.


Untuk gerabahnya sendiri, Kenar membeli dari perajin gerabah di Kasongan, Bantul dengan harga Rp30 ribu-40 ribu per buah tergantung dari besar gerabah. Proses penempelan kulit bambu sendiri cukup mudah, yaitu dengan cara mengolesi gerabah dengan lem kayu, lalu dilapisi kulit bambu satu per satu dengan rapi.


Setelah dilapisi kulit bambu, selanjutnya gerabah dikeringkan. Setelah kering, maka gerabah dicuci dan dijemur agar kering kembali. Kemudian gerabah itu dilapisi cat sesuai dengan permintaan dari pembeli.


“Ada sepuluh macam cat yang biasanya diminta oleh para pembeli. Kita tinggal mengecat gerabah yang telah ditempeli kulit bamboo sesuai dengan permintaan dari pembeli” ujar bapak dari dua anak ini kepada
VIVAnew
s, Jumat 15 Maret 2013.


Usahanya mulai maju setelah mengikuti Festival Kesenian Yogyakarta selama sebulan. Selama pameran, barangnya tidak laku terjual dan para pengunjung hanya meminta kartu nama. Namun, dua minggu seusai pameran ia kebanjiran pesanan dari para pedagang.


“Setelah FKY selesai, justru banyak permintaan dari para broker untuk membuat sebuah produk kerajinan sesuai dengan permintaan dari buyer,” katanya.


Bahkan, usaha gerabah tempelnya sudah diekspor ke Eropa dan Australia. Saat ini dalam satu bulan Kenar dibantu 30 karyawannya dapat mengirim gerabah tempel 500-1.000 unit per bulan kepada para pedagang, tergantung jumlah pesanan dan besar kecilnya gerabah.


Dengan pendapatan kotor saat ini sekitar Rp 70 juta per bulan, Kenar mengaku dapat menggaji 30 karyawannya antara Rp 1-1,5 juta. Dengan jerih payahnya juga ia dapat membangun rumah tingkat dua dan 4 motor untuk keperluan pribadi maupun keluarga.


“Yang jelas seluruh keluarga saya mulai hidup mapan dan karyawan juga mendapatkan gaji yang cukup tinggi." (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya