China Batasi Penjualan Properti

Shanghai Super Rich
Sumber :
  • Courtesy of Gensler
VIVAnews - Dua kota terbesar di China, Beijing dan Shanghai mengeluarkan kebijakan baru untuk membatasi penjualan rumah. Hal tersebut, sebagai upaya untuk mengantisipasi terjadinya gelembung (bubble) pasar properti negara tersebut yang saat ini sedang bangkit.
Fakta-fakta Menarik Tentang Suku Buton di Sulawesi Tenggara, yang Memiliki Bola Mata Biru

Pemerintah kota Beijing mengatakan bahwa seseorang yang belum menikah hanya diizinkan untuk membeli hanya satu rumah. Kota ini juga meningkatkan batas minimum uang muka bagi pembeli rumah kedua dan dikenakan pajak keuntungan (capital gain) sebesar 20 persen pada pemilik yang menjual propertinya.
Pusat Meteorologi UAE Bantah Hujan Ekstrem Dubai karena Modifikasi Cuaca

Di Shanghai, pejabat kota tersebut juga mengumumkan penerapan pajak capital gain dan mengambil tindakan lainnya yang bertujuan untuk menstabilkan harga perumahan. 
8.725 Pemudik Langgar Ganjil Genap Selama Mudik Lebaran 2024, Dikenai Sanksi Tilang

Pengumuman tersebut dirilis Minggu kemarin, setelah Dewan Keamanan Negara (DPR) China menyatakan, pemerintah akan mengambil tindakan tegas untuk memastikan bahwa harga properti tidak terus melambung.

Bahkan, banyak analis percaya  bubble real estate yang serius bisa merusak ekonomi dan memperburuk ketegangan sosial antara golongan kaya dan miskin.

Menurut survei pemerintah, harga properti China meningkat tajam pada tahun lalu, dengan harga perumahan di kota-kota besar berada di atas rata-rata 3,1 persen pada Februari lalu.

Selian itu, di banyak kota, biaya untuk membeli rumah baru juga diketahui meningkat dua kali lipat selama lima tahun terakhir.

Michael Pettis, yang mengajar jurusan keuangan di Peking University, mengatakan China sedang menghadapi tantangan bahwa banyak negara berkembang lainnya sedang berjuang menjual propertinya, dibanjiri terlalu banyak peredaran uang tunai dan pemberian kredit.

"Meningkatkan suku bunga akan menjadi hal terbesar yang bisa mereka (China) lakukan. Tapi mereka juga perlu untuk menghentikan pertumbuhan kredit dan laju moneter," kata dia seperti dikutip dari laman Nytimes, Senin 1 April 2013. (eh)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya