Banyak Pengusaha Muda Tak Bisa Raih Kredit Perbankan

Perbankan
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) berharap agar pemerintah membantu pengusaha pemula dan pengusaha kecil untuk bisa mengakses kredit di bank-bank yang ada di Indonesia.
Paket Promo ke Destinasi Wisata Dunia Bisa Dapat Diskon Rp 12 Juta, Simak!

Menurut Bendahara Umum Hipmi, Bayu Priawan Djokosoetono, sejauh ini anggota-anggota Hipmi di berbagai daerah kerap kali tidak bisa mengakses pinjaman ke bank, karena alasan tidak bankable (layak kredit) oleh perbankan.
KPU Kabupaten Tangerang Buka Rekrutmen PPK dan PPS Pilkada 2024: Tersedia 967 Kuota

"Para pengusaha kecil dan pemula di Hipmi banyak yang tidak bisa meminjam. Lalu, bagaimana bisa mendapatkan tambahan pendanaan," kata Bayu dalam diskusi yang digelar Hipmi dan Microsoft Indonesia di Jakarta, Rabu 3 April 2013.
Istana Tegaskan Jokowi Tidak Ada Agenda Kunjungan Kerja ke Surabaya

Bayu menambahkan, permasalahan usaha kecil menengah di Indonesia bukan pada bunga yang terlalu tinggi, atau faktor fundamental lainnya, melainkan permasalahan akses kepada perbankan.

Untuk mengurangi mereka yang usahanya berskala kecil dan menengah, serta tidak bisa mempunyai akses perbankan, Bayu menyarankan agar pemerintah membuat kriteria bankable yang lebih ringan. "Kriteria bankable itu harus diturunkan standarnya oleh pemerintah," ujarnya.

Bayu mencontohkan, ada anggota Hipmi yang berdagang kain di pasar Tanah Abang dan tiap bulannya uang yang berputar di toko tersebut mencapai miliaran rupiah. Namun, ketika meminta pinjaman untuk ekspansi bisnis, bank mengatakan jika usaha tersebut tidak bankable.

Alasannya, menurut Bayu, karena bisnis tersebut hanya berbentuk CV dan belum punya pencatatan arus kas dana yang jelas. "Tapi, intinya, mereka punya bisnis yang berjalan sudah lama dan terbukti. Itu yang harus diperhatikan oleh pemerintah," ujarnya.

Kondisi itu, dia melanjutkan, yang perlu dorongan dari pemerintah, karena usaha kecil menengah sangat membutuhkan akses kepada perbankan yang bisa membantu kemajuan usaha.

Di sisi lain, menurut Bayu, pembinaan pengusaha mandiri juga harus dimulai guna menyambut ASEAN Economic Community 2015. Jika pengusaha pemula di Indonesia tidak difasilitasi dengan baik, Indonesia hanya akan menjadi penonton dari pertumbuhan ekonomi yang terus berkembang atas peran asing. (art)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya