Impor Minyak, Subsidi BBM, dan Ancaman Defisit Perdagangan

Pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi
Sumber :
  • VIVAnews/ Muhamad Solihin
VIVAnews -
Akibat Banjir, Penerbangan Perdana Maskapai Emirates Airbus 380 dengan 592 Penumpang dari Dubai ke Bali Dibatalkan
Pendapatan ekspor Indonesia dari sektor minyak terus jatuh di bawah target pemerintah, akibat produksi yang rendah. Di sisi lain, Indonesia menghadapi defisit perdagangan yang semakin lebar, dipicu oleh subsidi energi yang mendorong konsumsi bahan bakar minyak (BBM).

Presiden Direktur P&G Indonesia Sebut Prospek Masa Depan Indonesia Cerah 

Blok migas yang ada di Indonesia mulai menua, sehingga menyebabkan produksi turun. Sementara itu, penemuan baru ladang minyak semakin berkurang. Kondisi itu berarti Indonesia mengekspor lebih sedikit minyak bumi.
Superchallenge Supermoto Race 2024 Segera Dimulai, Yogyakarta Tuan Rumah Seri Perdana


Dalam dua bulan pertama 2013, pendapatan ekspor minyak Indonesia anjlok 23 persen, sedangkan impor minyak meningkat hingga 16 persen. Situasi ini menyebabkan defisit perdagangan minyak.


"Impor minyak mentah yang melonjak untuk konsumsi bahan bakar yang disubsidi. Harga BBM di Indonesia sekitar 60 persen di bawah harga internasional menyebabkan kuatnya permintaan domestik," kata
Head of Emerging Asia Economics Global Research
Bank of America Merrill Lynch, Chua Hak Bin, seperti dikutip dari
Reuters
, Kamis 11 April 2013.


Untuk itu, ia berharap pemerintah Indonesia untuk lebih tegas menjalankan skema pembatasan BBM subsidi, atau menaikkan harga BBM bersubsidi untuk mengendalikan biaya fiskal dan pelebaran defisit neraca perdagangan.


Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 telah ditetapkan target produksi minyak 900 ribu barel per hari. Namun, SKK Migas telah memprediksi produksi minyak rata-rata sekitar 830 ribu barel per hari. Pencapaian itu akan menjadi produksi minyak terendah sejak 1969.


Pendapatan dari ekspor minyak mentah Indonesia juga kemungkinan akan turun, karena harga minyak yang tinggi membuat beberapa negara pembeli mulai mengurangi impor minyak mentah untuk penggunaan listrik, seperti Jepang.


"Ini jelas bukan berita bagus bagi defisit perdagangan," kata Ekonom HSBC, Lim Su Sian.


Su Sian menjelaskan, Indonesia memutuskan keluar dari OPEC pada 2008 akibat telah menjadi
net oil importer
, dengan impor bersih sekitar 400 ribu barel per hari dalam dua tahun terakhir. "Masalah negara dengan defisit perdagangan yang besar berada di sisi impor minyak," katanya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya