- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVAnews - Ketua Umum DPP Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi), Eddy Ganefo, meyakini bahwa rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tidak akan berdampak besar kepada harga rumah murah.
Kepada VIVAnews, Rabu 15 Mei 2013, Eddy menjelaskan bahwa harga rumah murah sederhana sudah ditetapkan pemerintah. "Jadi, tidak akan berubah,” kata Eddy.
Lagipula, Eddy melanjutkan, selama ini untuk membangun rumah, para penyalur bahan bangunan selalu menggunakan BBM industri, bukan yang bersubsidi.
Jika memang ada dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi, menurut Eddy, kemungkinan dari sisi angkutan ini. Namun, itu pun dinilai tidak akan memengaruhi terlalu besar harga rumah murah sederhana.
Justru yang perlu diperhatikan, Eddy melanjutkan, inflasi yang meningkat drastis pada harga-harga kebutuhan pokok masyarakat. Pemerintah diharapkan mampu menangani dampak inflasi di pasar itu.
"Kadang kenaikannya tidak seberapa, tapi harga barang naiknya tinggi sekali," kata Eddy.
Sebelumnya, Deputi Pembiayaan Kementerian Perumahan Rakyat, Sri Hartoyo, mengatakan, pemerintah berupaya agar harga rumah murah dengan sistem Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) tidak terpengaruh oleh kenaikan harga BBM.
"Kami akan mencari cara bagaimana agar harganya tidak berubah," kata Sri.
Salah satu caranya, menurut Sri, adalah dengan mengurangi bagian finishing rumah untuk menekan biaya. Proses finishing akan dibebankan kepada konsumen atau pembeli.
Upaya ini dilakukan pemerintah demi tidak menurunkan kualitas fondasi atau tembok pada rumah FLPP. "Yang penting kan rumahnya kokoh, kalau masalah finishing bisa diselesaikan nanti oleh pemilik kalau punya rezeki," ujarnya. (art)