BI Ungkap Penyebab Melemahnya Rupiah Terhadap Dolar AS

Seorang perempuan menghitung uang kertas dolar AS
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta
VIVAnews -
KPK: Sahroni Sudah Kembalikan Aliran Dana Rp 40 Juta dari SYL yang Mengalir ke Nasdem
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali terjadi, pada transaksi Jumat 17 Mei 2013, rupiah bergerak fluktuasi di level Rp9.700 per dolar AS. Pelemahan rupiah ini akibat tekanan global di mana dolar AS menguat dengan berbagai mata uang dunia.

Nikah Beda Agama, 5 Artis Ini Jalankan Puasa Ramadhan Tanpa Pasangan

Kepala Grup Neraca Permbayaran Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Doddy Zulverdi, Jumat 17 Mei 2013 menyatakan selain rupiah, mata uangĀ  negara lain pun melemah terhadap dolar AS.
Terpopuler: Harga Pemain Timnas Indonesia Paling Mahal, Naturalisasi Shin Tae-yong


"Sepanjang April dan mei rupiah terus menguat terimbas dari kuatnya dolar AS," katanya saat ditemui di Gedung Bank Indonesia.


Selain penguatan mata uang Dollar, pelemahan nilai tukar juga dipicu oleh naiknya impor BBM yang dilakukan oleh Pertamina. Impor BBM yang besar membuat neraca perdagangan defisit dan menekan kebutuhan valuta asing dalam negeri.


Ia menjelaskan, saat ini kondisi kebutuhan valas mulai meningkat, namun dari sisi keuangan pasokan valas di pasar domestik tidak terlalu banyak. Hal ini menyebabkan para investor mulai mengurangi investasi ke Indonesia.


"Investor asing tidak panik cuma mengurangi jumlahnya. Mereka masih tetap berani masuk tapi tidak terlalu besar," jelasnya.


Sedangkan dari sisi investasi, penurunan impor barang modal ternyata juga masih memberikan tekanan pada nilai tukar karena neraca perdagangan masih defisit. Penurunan impor barang modal menunjukkan melambatnya investasi.


Sebelumnya diberitakan, kebijakan BI dalam memperbesar pasokan valuta asing untuk pembayaran impor minyak menyebabkan transaksi modal dan finansial mengalami defisit US$1,4 miliar.


Untuk meredam kuatnya tekanan depresiasi rupiah selama triwulan I-2013, Bank Indonesia memutuskan untuk mengambil alih penyediaan sebagian besar kebutuhan valas untuk pembayaran impor minyak dari perbankan domestik.


"Kebijakan ini berhasil mengurangi permintaan di pasar valas dan meredam tekanan depresiasi rupiah, sehingga memberikan ruang kepada perbankan domestik untuk menambah simpanan valas mereka," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Difi A Johansyah.


Terjadinya defisit pada transaksi modal dan finansial lebih karena meningkatnya aset valas bank, bukan karena adanya arus keluar investasi asing. Dalam periode tersebut, nilai pembelian surat-surat berharga berdenominasi rupiah, seperti SUN dan saham, oleh investor asing secara keseluruhan justru lebih besar dibanding triwulan sebelumnya. (adi)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya