Jurang Ekonomi Negara Maju dan Berkembang Semakin Tajam

Sanitasi Layak Untuk Warga Miskin
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVAnews - Studi terbaru menunjukkan bahwa kesenjangan pendapatan antara negara-negara barat atau negara maju dengan negara berkembang melonjak 733 persen dalam 200 tahun.

Dewas KPK Gelar Sidang Etik Nurul Ghufron 2 Mei terkait Dugaan Penyalahgunaan Wewenang

Hal tersebut, seperti dikutip dari Huffington Post, Rabu 29 Mei 2013, ditemukan oleh Diego Comin, seorang profesor Harvard Business School dan Marti Mestieri, peneliti di Toulouse School of Economics. 

Hasil penelitian menunjukkan, pada tahun 1800 pendapatan negara-negara maju di Eropa dengan negara berkembang sebesar 90 persen. Memasuki tahun 2000, perbedaan ekonomi antara keduanya membengkak hingga 750 persen. 

Ada dua penyebab kenapa jurang ekonomi tersebut terjadi, pertama adalah akses terbatas warga negara berkembang terhadap teknologi baru. Kedua, lambatnya warga negara berkembang untuk mengadopsi berbagai inovasi.

Salah satu cara untuk memecahkan masalah ini adalah menciptakan kebijakan yang bertujuan untuk membawa teknologi baru untuk negara-negara miskin. Teknologi baru dapat membawa negara miskin menuju produktivitas yang lebih tinggi. Sebab, semakin banyak unit teknologi baru yang digunakan negara, makin tinggi pula keuntungan produktivitas yang dibawa oleh teknologi baru tersebut.

Raksasa teknologi seperti Google, telah mendanai dan mengembangkan jaringan internet nirkabel di berbagai negara berkembang sebagai upaya mempercepat transfer teknologi di seluruh dunia.  Namun, upaya tersebut kemungkinan tidak cukup untuk membalikkan 200 tahun sejarah.

Kesenjangan juga diciptakan oleh adanya kolonialisasi Eropa selama 500 tahun terakhir. Bangsa Eropa menguras sumber daya alam dari negara-negara non barat yang mereka taklukkan.

Catatan New York Review of Books menunjukkan, beberapa negara terjajah adalah negara terkaya dan paling maju beberapa ratus tahun lalu, kini termasuk dalam negara termiskin.

Namun, saat ini diprediksi akan muncul tren yang dapat membalikkan keadaan. Berbagai lembaga ekonomi memprediksi pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang lebih dahsyat tahun ini, di atas lima persen, dibandingkan pertumbuhan ekonomi negara kaya yang diperkirakan hanya tumbuh 1,2 persen. (asp)

Media Asing Beri Julukan untuk Timnas Indonesia U-23: Tim Pengacau
Neta L

Neta Pamer Mobil SUV Baru Rp200 Jutaan

Neta, pabrikan mobil listrik asal China, memperkenalkan empat model Neta L di pasar domestiknya. SUV berdesain modern ini menarik perhatian dengan teknologi canggih dan j

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024