Tak Ada Pedagang Gulung Tikar karena Jengkol Naik

Jengkol langka di pasaran
Sumber :
  • Nuravifa/VIVAnews
VIVAnews
Masa Penahanan Harvey Moeis Diperpanjang, Kejagung Ungkap Alasannya
- Pedagang pasar tidak terlalu khawatir dengan harga jengkol yang melonjak, bahkan menembus Rp50 ribu per kilogram. Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia, Ngadiran, pada Rabu 5 Juni 2013, mengatakan, kenaikan harga jengkol berapa pun tidak memicu gejolak.

Bantu Israel Tahan Serangan Teheran, Menlu Iran Temui Menlu Yordania

"Itu kan bukan bahan pokok. Mau naik berapa saja tidak akan membuat kebingungan," kata Ngadiran kepada
Cha Eun Woo Nyanyikan Lagu-Lagu Album Entity Saat Fan Concert di Jakarta
VIVAnews .

Ngadiran beralasan, kebutuhan jengkol berbeda dengan sayur-mayur lainnya, misalnya cabai dan bawang merah. Menurut dia, cabai dan bawang merah adalah komoditas pangan yang sangat vital bagi kebutuhan sehari-hari, terutama pada masakan.


"Jadi, pedagang tetap membeli kedua bahan pangan ini, meskipun harga cabai dan bawang merah mencekik leher," tuturnya.


Kondisi itu bertolak belakang dengan jengkol. Buah bernama latin
Archidendrom pauciflorum
ini, bukanlah barang yang disukai semua orang.


"Tidak semua orang suka dengan jengkol. Jadi, pedagang juga malas membeli jengkol dengan harga yang tinggi," kata dia.


Mahalnya harga jengkol ini sempat terjadi sekitar tiga tahun lalu. Ngadiran mengatakan, harga normal kala itu berkisar Rp6-8 ribu per kilogram dan melonjak hingga Rp18-20 ribu per kilogram.


Kini, harganya lebih fantastis, yaitu menembus Rp30-50 ribu per kilogram.

"Kalau sekarang sih, ada yang harganya Rp30 ribu dan Rp40 ribu per kilogram. Tergantung dari pedagang juga. Ada yang beli eceran, beberapa biji, seperempat kilogram, dan sekilogram," kata Ngadiran.


Ngadiran tidak menyebutkan secara pasti kapan harga pangan ini menembus harga puluhan ribu rupiah per kilogramnya. Tapi, Ngadiran mengaku belum ada satu pun pedagang yang gulung tikar karena masalah ini.


"Tidak ada pedagang khusus jengkol. Kalaupun ada, mereka akan berjualan produk lainnya saat jengkol masih langka. Lagipula, sekarang mereka mencampurnya dengan jualan sayuran lain," kata dia.


Faktor lahan

Ngadiran menjelaskan, turunnya luas area tanaman menjadi faktor utama mencekiknya harga jengkol. Para pedagang di Pulau Jawa biasanya mendapatkan pasokan jengkol terbesar dari Pulau Sumatera.


"Yang terbanyak dari Sumatera. Kalau dari Pulau Jawa, pasokannya hanya sedikit," kata dia.


Ngadiran menambahkan, jengkol di Pulau Andalas itu tumbuh liar di hutan-hutan dan lahan liar. Tapi, karena area hutan dan lahan kosong itu beralih fungsi, tanaman ini menjadi sulit untuk ditemukan.


Tidak hanya lahan yang beralih fungsi, tingginya harga jengkol juga disebabkan oleh faktor musim. "Jengkol, kan, musiman. Kalau sedang tidak musim, harganya mahal. Sama lah seperti mangga," kata dia.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya