ARB: RI Perlu Kembangkan Oil Shale untuk Atasi Krisis Energi

Aburizal Bakrie Menjadi Pembicara Pada Kuliah Umum
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews - Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie, Sabtu 6 Juli 2013, menilai bahwa Indonesia perlu mengembangkan oil shale (minyak serpih atau non konvesional) untuk mengatasi krisis energi dalam negeri.
Todung Mulya Lubis Ungkap Alasan Sri Mulyani Hingga Risma Dihadiri di Sidang MK

Hal itu penting, karena cadangan minyak dalam negeri terus berkurang dan untuk memenuhi kebutuhan domestik, pemerintah lebih banyak mengimpor.
Respon Han So Hee Soal Reaksi Hyeri: Memang Lucu Pacaran Setelah Putus?

Menurut kandidat calon presiden RI itu, Amerika Serikat sukses mengembangkan teknologi mutakhir untuk mengekstrasi oil shale. Negara Paman Sam tersebut, diperkirakan bakal menjadi pengekspor oil shale terbesar di dunia.
Pesan Widodo Untuk Pemain Arema FC Usai Kalah Dari Rival 

Tidak hanya itu, oil shale juga akan mengubah kebijakan negara-negara tentang energi, sekaligus memengaruhi geopolitik dunia. Sebab, sebagian besar negara di dunia masih memiliki ketergantungan yang sangat besar terhadap energi minyak, termasuk Indonesia.

"Kalau kita bisa mengembangkan oil shale, tidak hanya mengubah kebijakan energi dan perekonomian kita, tetapi juga ikut memengaruhi geopolitik," kata ARB, panggilan akrab Aburizal Bakrie, saat menjadi pembicara utama dalam diskusi Visi 2045 di hadapan para akademisi Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur.

Dalam diskusi tentang visi-misinya sebagai capres, dengan topik khusus mengenai energi dan lingkungan hidup itu, ARB menjelaskan banyak hal seputar kemungkinan perubahan kebijakan energi. Di antaranya, penggunaan energi alternatif seperti air, gas, batu bara, termasuk energi bio seperti bioetanol.

Indonesia, katanya, memang pernah mencoba mengembangkan bioetanol meski belum berhasil menggantikan energi minyak. Setelah ada oil shale, permasalahan krisis energi minyak sedikit teratasi. Namun, di saat yang sama akan memperkecil peluang pengembangan energi alternatif.

"Tapi, menurut saya, disesuaikan saja mana yang bisa menggunakan energi alternatif, dan mana yang tetap menggunakan minyak," ujar ARB, didampingi Rektor Universitas Mulawarman, Prof Dr Zamruddin Hasid, dan Ketua Komite Blueprint Pembangunan Nasional DPP Partai Golkar, Theo L Sambuaga.

Perubahan peran AS di pasar minyak dan gas dunia terjadi setelah negara itu mampu mengembangkan teknologi mutakhir untuk mengekstrasi oil shale. Dari hasil riset selama bertahun-tahun, sejumlah peneliti menemukan banyak potensi kekayaan sumber daya alam berupa oil shale di AS.

Oil shale merupakan batuan sedimen yang mengandung material organik. Dengan teknologi baru, serpihan-serpihan minyak dan gas alam diekstrak setelah air, pasir dan zat-zat kimia dipompa ke bawah tanah pada tekanan tinggi agar batu-batu terpecah. Proses ini disebut sebagai teknologi hydraulic fracturing atau lebih dikenal dengan "fracking."

Oil shale memiliki kelebihan, yaitu lebih bersih dibandingkan batu bara. Hal ini pula yang menjadi ketertarikan sendiri bagi Jepang, yang berusaha untuk mengurangi sumber energinya akibat bencana nuklir di Fukushima pada 2011.

Diskusi Visi 2045 itu merupakan diskusi publik untuk menguji visi dan misi serta program ARB sebagai capres di Pemilu Presiden tahun 2014. Diskusi tersebut telah digelar di sejumlah perguruan tinggi terkemuka di Tanah Air, seperti Universitas Indonesia, Institute Teknologi Bandung, Universitas Gajah Mada Yogyakarta, dan Universitas Brawijaya Malang.

Kampus Universitas Mulawarman dipilih dengan topik bahasan mengenai energi karena terletak di Kalimantan, pulau yang kaya sumber daya energi seperti batubara, minyak, dan gas. Dari diskusi itu diharapkan mendapatkan masukan atau rumusan mengenai kebijakan energi nasional, sekurang-kurangnya sampai tahun 2045.

Laporan: Arief Ulyanov
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya