Ini Asumsi Makro RAPBN 2014

Pidato Kenegaraan Presiden SBY di DPR
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews - Pemerintah menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2014 sangat hati-hati, dengan memperhatikan kondisi eksternal dan perkembangan ekonomi domestik, serta sasaran rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2010-2014.
Analisis Metabolisme Tubuh dan Kebutuhan Nutrisi Lewat Tes DNA

Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato kenegaraannya, Jumat 16 Agustus 2013, hal itu untuk mengantisipasi sejumlah ketidakpastian yang muncul. Misalnya, rencana Bank Sentral Amerika Serikat mengurangi ekspansi moneternya (tappering off quantitative easing policy). 
Elite Gerindra Sebut Polri Sudah "On the Track" Tangani Kasus Firli Bahuri

"Hal itu, menyebabkan terjadinya gejolak nilai tukar dan pasar keuangan di emerging markets, termasuk Indonesia," kata dia di Gedung DPR, Jakarta. 
Tegas! Nikita Mirzani Coret Nama Lolly dari KK, Hak Waris, dan Asuransi: Sudah Gak Peduli!

Selain itu, SBY menambahkan, langkah IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari 4 persen menjadi 3,8 persen di tahun depan, meski itu sedikit lebih tinggi dari perkiraan 2013 sebesar 3,1 persen.

"Di luar gejolak di pasar keuangan global di atas, kita juga dihadapkan pada resiko gejolak harga minyak dunia dan komoditas, yang berdampak luas pada ekonomi di banyak negara, termasuk Indonesia," ujarnya.

Untuk itu, menurut Presiden, RAPBN 2014 yang susun pemerintah di atas asumsi dasar makro sebagai berikut: 

Pertama, pertumbuhan ekonomi pada 2014 diharapkan mencapai 6,4 persen. 

Kedua, asumsi mengenai inflasi. Dengan melaksanakan bauran kebijakan fiskal dan moneter yang tepat, disertai upaya untuk tetap menjamin kelancaran dan ketersediaan kebutuhan masyarakat, serta kebijakan ketahanan pangan, laju inflasi pada tahun 2014 akan dijaga pada kisaran 4,5 persen. 

Ketiga, asumsi nilai tukar rupiah. Melalui kebijakan moneter yang berhati-hati, Indonesia dapat menjaga stabilitas ekonomi dan stabilitas tingkat nilai tukar rupiah yang realistis. Untuk 2014, asumsi rata-rata nilai tukar adalah Rp9.750 per dolar AS.
 
Keempat, asumsi suku bunga. Pemerintah akan terus menjaga kesehatan fundamental ekonomi dan fiskal, agar instrumen Surat Utang Negara tetap memiliki daya tarik yang tinggi bagi investor. Terkait dengan hal itu, asumsi rata-rata suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tiga bulan, disusun pada tingkat 5,5 persen.  

Kelima, asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP). Setelah mempertimbangkan berbagai faktor utama, asumsi rata-rata harga minyak mentah Indonesia sebesar US$106 per barel. 

Keenam, asumsi lifting minyak mentah dan lifting gas bumi. Beberapa tahun terakhir ini, kapasitas produksi kedua sumber daya alam itu menunjukkan penurunan, terutama disebabkan faktor usia sumber yang semakin kurang produktif. Namun, pemerintah terus berupaya untuk mengatasinya.

Dalam 2014, pemerintah memperkirakan lifting minyak mentah mencapai 870 ribu barel per hari, sedangkan lifting gas bumi mencapai 1.240 ribu barel setara minyak per hari.

"Seperti telah saya singgung sebelumnya, RAPBN Tahun 2014 sebagai instrumen kebijakan fiskal akan kita arahkan secara maksimal untuk mencapai sasaran-sasaran RPJMN 2010–2014," tutur SBY.

Selain itu, Presiden menambahkan, seperti diketahui, visi pembangunan yang tertuang dalam RPJMN 2010-2014 adalah mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera, lebih demokratis, dan lebih berkeadilan.

Untuk mencapai upaya ke arah itu, kata dia, perlu dilakukan melalui pelaksanaan empat strategi utama, yaitu pembangunan yang pro pertumbuhan, pro lapangan pekerjaan, pro pengurangan kemiskinan, serta ramah lingkungan. (eh)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya