Dolar Menguat, Pasar Asia Hadapi Kenaikan Biaya Pinjaman

Rupiah Anjlok
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews
Sikap Aneh Shin Tae-yong Usai Timnas Indonesia U-23 Hadapi Korea Selatan di Piala Asia
- Lonjakan imbal hasil
(yield)
Gus Baha Ingatkan Semua Orang Agar Ingat Mati Tapi Tetap Semangat Hidup
obligasi AS yang meningkatkan biaya pinjaman global membuat pasar Asia tak berdaya. Pasar negara berkembang tengah menanggung beban, karena banyak yang mengandalkan nilai tukar dolar murah untuk mendukung permintaan domestik dan mendanai defisit transaksi berjalan.
Kemenkeu Monitor Dampak Konflik Israel-Iran ke Ekspor RI

Seperti diberitakan
Reuters,
Jumat 23 Agustus 2013, mata uang Indonesia, Malaysia, dan Thailand melemah serta mencapai posisi terendah dalam kurun beberapa tahun terakhir. Sementara itu, rupee India juga jatuh.


Pasar saham di negara berkembang Asia sebagian besar merosot antara 1 hingga 2 persen.


Pelarian dana dipicu oleh hasil pertemuan pejabat The Fed yang mengindikasikan bahwa kebijakan untuk pengetatan stimulus akan mulai dilakukan pada September. Kondisi ini menaikkan
yield
obligasi AS untuk tenor 10 tahun hingga 2,93 persen. Angka ini merupakan kenaikan tertinggi sejak rekor yang dicatat Juli 2011.


Imbal hasil obligasi ini menjadi patokan untuk biaya pinjaman di seluruh dunia, sehingga kenaikannya akan membuat perusahaan dan negara-negara yang berutang menjadi lebih sulit untuk membayar tagihan mereka.


Perkiraan mengenai pemulihan ekonomi AS dan Eropa juga cenderung membuat aset di kawasan itu lebih menarik bagi investor, dan meningkatkan persaingan untuk
saving
secara global.


"Imbal hasil Treasury yang lebih tinggi berarti ada perputaran cepat di mata uang Asia, khususnya ekonomi mereka yang mengalami defisit transaksi berjalan," ujar Frances Cheung, analis dari Credit Agricole di Hong Kong.


Indonesia, Malaysia, dan Thailand dilihat sebagai negara yang paling rentan. "Isu tentang arus keluar modal bisa bertahan untuk sementara waktu," kata Cheung.


Rupee India dilaporkan jatuh melewai level 65,00 per dolar untuk pertama kalinya. Sementara itu, pelemahan rupiah Indonesia mencapai palung rekor terendah sejak 2009. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya