Penurunan Inflasi Tak Mampu Tahan Pelemahan Rupiah

Ilustrasi rupiah
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews
Gara-gara Korupsi Beras Miskin, Kantor Desa di Lombok Disegel Warga
- Ekonom sekaligus Komisaris Bank Permata Tony Prasetiantono, Senin 2 September 2013, mencermati angka inflasi bulan Agustus yang lebih rendah dibanding Juli dibabkan oleh penurunan harga komoditas pangan usai lebaran.

Gibran Bagi-Bagi 1.100 Sepatu Gratis ke Siswa Miskin di Solo: Ini CSR, Bukan dari Saya

"Di sisi lain, ada peluang harga turun karena setelah Lebaran harga cenderung terkoreksi turun," ujar Tony kepada
Anggota Polresta Manado Ditemukan Tewas di Mampang Sedang Cuti
VIVAnews.

Namun, menurut Tony, di sisi lain inflasi juga disebabkan kenaikan harga barang impor karena depresiasi rupiah.


"Depresiasi rupiah karena BI
rate
terlambat dinaikkan," Kata Tony.


Menurut Tony, meskipun Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan atau BI
Rate
menjadi 7 persen, namun hal ini tidak berdampak besar untuk kembali menstabilkan nilai tukar rupiah. Apalagi ditambah dengan defisit neraca perdagangan yang semakin besar.


Tony menjelaskan, dengan inflasi Agustus (
year over year
) sebesar 8,79 persen, berarti tekanan terhadap kurs rupiah bisa kembali membesar. Di satu pihak, pasar sebenarnya sudah cukup lega dengan kenaikan BI
rate
menjadi 7 persen.


"Namun di sisi lain tekanan inflasi masih besar. JadiĀ  laju penguatan rupiah agak sedikit tertahan. Apa lagi data defisit perdagangan kian melebar," kata Tony.


Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada Agustus 2013 sebesar 1,12 persen. Meski laju inflasi menurun dibandingkan Juli 2013 yang tercatat sebesar 3,29 persen, namun inflasi Agustus masih relatif tinggi dibandingkan periode yang sama dalam dua tahun terakhir. (baca: ). (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya