MS Hidayat: Produktivitas Karet Nasional Perlu Ditingkatkan

kebun karet alam
Sumber :
  • mongabay.com
VIVAnews
Kronologi Siswi SMAN 1 Cisaat Meninggal Dunia saat Jalani Seleksi Paskibra
- Menteri Perindustrian, Mohamad S Hidayat, Selasa 10 September 2013, menyatakan bahwa berdasarkan Kebijakan Industri Nasional yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 28 tahun 2008, industri karet dan plastik merupakan bagian dari kelompok industri yang diprioritaskan dalam pengembangannya.

Bukan Hanya Palestina, Ini 9 Negara yang Belum Diakui Keanggotannya oleh PBB

Dalam keterangan tertulis yang diterima
2.000 Hewan Ternak Dilakukan Vaksinasi Antisipasi Wabah PMK Secara Gratis
VIVAnews, Hidayat menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh industri karet dan barang karet di dalam negeri memiliki luas lahan perkebunan karet terluas di dunia. Industri plastik sebagai industri petrokimia hilir juga memiliki potensi pasar yang cukup prospektif baik di dalam maupun luar negeri.

Menurut Hidayat, prospek industri karet nasional ke depan cukup baik sejalan dengan bergesernya konsumsi karet dunia dari Eropa dan Amerika ke Asia terutama Cina dan India. Terlebih lagi Indonesia memiliki potensi lahan perkebunan karet terluas di dunia sekitar 3,4 juta hektare, yang sebagian besar adalah perkebunan milik rakyat dengan produksi karet sebanyak 2,7 juta ton per tahun.


Selain itu, produktivitas Indonesia baru mencapai 1 ton per hektare atau masih lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia yang mencapai 1,3 ton per hektare dan Thailand 1,9 ton per hektare. Penyerapan tenaga Kerja di industri karet nasional cukup banyak yang meliputi
sector on farm
sebanyak 2,1 juta orang dan
sector off farm
sekitar 100 ribu orang.


"Hal tersebut merupakan peluang bagi industri karet nasional untuk terus berproduksi secara maksimal. Untuk itu, tantangannya saat ini adalah melakukan pembinaan terhadap perkebunan rakyat agar dapat meningkatkan produktivitas serta hilirisasi produk
crumb rubber
dan lateks menjadi produk karet hilir yang bernilai tambah tinggi," kata Hidayat.


Sementara itu, potensi konsumsi produk plastik di Indonesia juga masih cukup besar karena konsumsi nasional baru mencapai 10 kg per kapita per tahun atau relatif lebih rendah dibandingkan Negara-negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia dan Thailand yang telah mencapai angka di atas 40 kg per kapita per tahun. Permintaan tinggi terhadap plastik kemasan karena didorong oleh pertumbuhan industri makanan minuman dan
fast moving consumer good
(FMCG) sebesar 60 persen.


Saat ini industri kemasan plastik berjumlah 892 perusahaan yang menghasilkan
rigid packaging, flexible packaging, thermoforming
dan
extrusion
yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia dengan kapasitas terpasang adalah 2,35 juta ton per tahun dan utilisasi sebesar 70 persen sehingga produksi rata-rata sebesar 1,65 juta ton. Tenaga kerja yang diserap mencapai 350 ribu orang pada tahun 2011.


"Meskipun struktur industri plastik nasional sudah cukup lengkap dari hulu sampai hilir, namun masih ditemui tantangan dalam pengembangannya, yaitu kapasitas produksi yang terbatas pada bahan baku seperti Polipropilen dan Polietilena sehingga masih mengimpor sebesar 694 ribu ton dari total kebutuhan sebesar 1,64 juta ton pada tahun 2011," kata Hidayat.


Tantangan lainnya adalah masih kurangnya kapasitas
oil refinery
yang menghasilkan bahan baku naphta dan kondensat untuk bahan baku industri petrokimia hulu. Sehingga masih mengimpor naphta sebesar 1,6 juta ton dan kondensat sebesar 33 juta barrel pada tahun 2010.


Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong pengembangan industri oil refinery yang terintegrasi dengan industri Petrokimia dalam rangka memperkuat struktur industri plastik dari hulu sampai hilir dengan memberikan insentif seperti
tax holiday, tax allowance,
dan pembebasan Bea Masuk untuk barang modal serta mendorong pengembangan SDM. (eh)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya