Maju Mundur Proyek Konversi Bahan Bakar Minyak

Peluncuran SPBG Pertamina Envogas
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVAnews - Pemerintah akan melakukan studi banding program konversi bahan bakar minyak ke gas ke beberapa negara. Ini merupakan satu kemajuan setelah program ini kerap maju mundur tak jelas.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Armida Alisjahbana, Senin 16 September 2013, mengatakan, studi banding ini akan menjadi pijakan baru bagi penerapan bahan bakar gas bagi kendaraan di Indonesia.

"Dua minggu lagi kami akan ke Thailand, dia sedikit maju," kata Armida. "Yang menarik, Thailand tak punya migas, tapi program konversinya berhasil."

Pemerintah Thailand, menurut dia, sukses mengedukasi masyarakat untuk tidak bergantung pada bahan bakar minyak. Tak cuma pada kendaraan pribadi, pada truk pengangkut barang juga diberlakukan. Mereka memiliki konverter yang siap diganti ke gas kapan saja saat harga bensin mahal.

"Hasilnya, tak cuma menghemat bahan bakar, tapi juga bisa mengurangi kemacetan," tuturnya.

Sekadar informasi, pengenalan penggunaan gas sebagai alternatif bahan bakar kendaraan di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak 1995. Akan tetapi, payung kebijakan terhadap pengembangan BBG baru diterapkan 10 tahun kemudian, yaitu dengan Perda DKI Jakarta No.2/2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.0048/2005 tentang Standar Mutu Serta Pengawasan Bahan Bakar.

Payung hukum penggunaan BBG kemudian dilengkapi dengan Peraturan Gubernur DKI No.141/2007 tentang Penggunaan BBG bagi Angkutan Umum dan Kendaraan Operasional Pemda. "Meski telah memiliki dasar hukum, program pengembangan BBG di dalam negeri hanya timbul tenggelam," kata pengamat energi yang juga direktur ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto.

"Wacana penggunaan BBG mengemuka saat harga minyak melonjak tajam dan subsidi bahan bakar membengkak, serta tenggelam lagi saat krisis berlalu," ujarnya.

Catatan ReforMiner Institute, wacana penggunaan BBG tak hanya terjadi pada kali ini. Beberapa waktu lalu, program gasifikasi pada kendaraan telah dilakukan pada ribuan taksi, bajaj, dan bus TransJakarta. "Namun, program-program itu tak berkesinambungan," katanya.

Pemerintah, dia mengatakan, tak punya platform yang jelas dan konsisten terhadap program konversi. Program konversi BBG hanya sebagai kebijakan parsial yang menjadi program satu instansi tertentu, sedangkan instansi lain memilih tak tahu atau bahkan tak mendukung.

Negara lain

Golkar: Kabinet Tidak Boleh Dibatasi karena Prerogatif Presiden

Menurut Pri, seperti dijelaskan dalam ReforMiner Policy Analysis, di negara-negara lain, pengembangan BBG sebagai bahan bakar alternatif juga mengalami permasalahan yang hampir sama.

Belum tersedianya infrastruktur jaringan transmisi dan distribusi gas, sulitnya meyakinkan swasta agar turut terlibat, harga BBG yang hampir sama saat minyak murah, dan sulitnya meyakinkan masyarakat beralih ke BBG, merupakan segudang masalah yang harus diselesaikan.

Akan tetapi, meski dihadapkan permasalahan seabreg dan hampir sama, setiap negara menyikapi berbeda. "Indonesia hanya sebatas menerbitkan peraturan, sedangkan negara lain langsung menyasar ke permasalahan yang dihadapi," tulis laporan itu.

Dari kajian ReforMiner, beberapa pendekatan yang diterapkan negara lain adalah pemberian insentif untuk konsumen dan produsen BBG, memudahkan perizinan pengusahaan BBG, desain fiskal yang menguntungkan pengguna BBG, memprioritaskan pembangunan stasiun pengisian BBG, insentif bagi importir atau produsen mobil BBG, serta mengkoordinasi pihak swasta, baik bengkel, dealer, produsen kendaraan BBG, maupun pengusaha SPBG.

Tak heran bila pengembangan BBG di sejumlah negara berkembang pesat. Pakistan, misalnya, negara yang baru memulai pengembangan sejak 1999, per 2010 sudah memiliki 3.285 SPBG. Iran, yang memulai bersama Indonesia pada 2005, juga sudah memiliki 1.574 SPBG, sedangkan Indonesia baru 9 SPBG.

Kemenko Polhukam Susun Rencana Bangun Sistem Pertahanan Semesta di IKN

Perbandingan jumlah SPBG di sejumlah negara:

No.  Negara         Awal Konversi   

Jumlah SPBG
(per 2010)

1.Pakistan19993.285
2.Argentina19841.878
3.Brasil19701.725
4.Iran19951.574
5.China19961.350
6.Italia1930790
7.India1993571
8.Banglades1982546
9.Thailand1984426
10.Malaysia1995159
11.Indonesia19959
4 Pelaku Terorisme Moskow Ternyata di Bawah Pengaruh Obat-Obatan Terlarang



Demikian juga jumlah kendaraan berbahan bakar gas juga meningkat tajam. Di Pakistan dan Argentina, pada 2000 masing-masing hanya 120 ribu dan 462 ribu unit. Sementara itu, pada 2010 sudah berkembang masing-masing 2,74 juta dan 1,90 juta atau tumbuh 218 persen dan 31 persen per tahun.

Di Indonesia, justru sebaliknya. Jika pada 2000 jumlah kendaraan BBG 3.000 unit, pada 2010 tinggal 2.000 unit. "Artinya, terjadi penurunan 3,33 persen per tahun," katanya.

Perbandingan pertumbuhan kendaraan berbahan bakar gas

No.NegaraJumlah Kendaraan Gas (2000)*Jumlah Kendaraan Gas (2010)*Pertumbuhan**
1.Pakistan1202.740218
2.Argentina4621.90131
3.Brasil601.664267
4.Iran0,81.95424.426
5.China6450740
6.Italia32073012
7.India101.0801.070
8.Banglades11931.925
9.Thailand0,08221826.631
10.Malaysia3,746,7116
11.Indonesia32-3,3



*  Dalam ribu unit kendaraan
** Dalam persen per tahun

(art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya