Apindo: Perusahaan Korea Mulai PHK Puluhan Ribu Karyawan

Sofjan Wanandi, Ketua Umum APINDO
Sumber :
  • VIVAnews/Tri Saputro
VIVAnews
Produk Kerajinan Tangan Jabar Ramaikan Expo Dekranas
- Perwakilan Kamar Dagang dan Industri Korea menyatakan, sejumlah perusahaan asal Negeri Ginseng itu telah merumahkan 63.680 pekerja mereka di Indonesia. Jumlah ini berdasarkan data hingga 31 Juli 2013, dan mereka diberhentikan dengan diberikan pesangon.

Modifikasi Pelek Mobil Bergaya Racing dan Retro Kini Semakin Mudah

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi, ketika ditemui
MSIG Life Bayar Klaim Peserta hingga Rp 164 Miliar pada Kuartal I-2024
VIVAnews di kantornya, Jakarta, Selasa 2 Oktober 2013, mengungkapkan, keputusan perusahaan Korea itu akibat dampak negatif dari kenaikan upah buruh yang drastis pada 2013.

"Tanpa adanya penangguhan kenaikan upah dari pemerintah, kemungkinan angka ini akan meningkat sampai 110 ribu hingga akhir tahun. Dan, itu untuk perusahaan dari Korea saja," katanya.

Sofjan menambahkan, sebetulnya Apindo sudah mendapat laporan dari pengusaha-pengusaha dari dalam negeri maupun asing seperti Jepang dan Taiwan. Namun, mereka meminta agar namanya tidak disebutkan.


Dia menilai, kondisi ini merupakan salah satu representasi yang sebenarnya dihadapi pemerintah. Untuk seluruh perusahaan Korea saja, menurut dia, mempunyai satu juta pekerja di Indonesia.


Angka ini, dia melanjutkan, belum ditambah dengan perusahaan yang akan hengkang dari Kawasan Berikat Nusantara. Mereka kebanyakan adalah perusahaan yang bergerak di bidang padat karya seperti garmen dan mainan anak-anak.


Ia beralasan, rencana hengkangnya sejumlah perusahaan ini karena keuntungan yang diperoleh tidak lagi mencukupi untuk menutupi biaya operasi. Apalagi, Sofjan menambahkan, kebanyakan merupakan perusahaan kelas menengah yang merupakan subkontraktor.


"Jadi, yang ada di Indonesia ini kan bukan hanya Samsung. Kalau mereka memang mampu membayar pekerja dengan baik," katanya.


Efek dari hengkangnya beberapa perusahaan itu, menurut Sofjan, belum akan terasa pada tahun ini, melainkan tahun depan. Sebab, para pengusaha masih melakukan persiapan lokasi baru ataupun pembayaran pesangon karyawan.


Perusahaan-perusahaan yang akan hengkang, menurut Sofjan, sejauh ini memilih negara tetangga untuk lokasi baru, seperti Vietnam, Thailand, dan juga Myanmar. Namun, untuk pengusaha-pengusaha lokal, mereka lebih memilih untuk memindahkan usaha mereka ke Jawa Timur ataupun Jawa Tengah.


Berorientasi ekspor

Yang mengkhawatirkan, Sofjan mengungkapkan, hampir 80 persen dari perusahaan yang mengurangi karyawannya itu berorientasi ekspor. Kondisi ini, menurut dia, akan memengaruhi defisit neraca perdagangan.


"Dari data, kami lihat total ekspor mereka menurun selama enam bulan pertama. Yakni, dari US$6,2 miliar menjadi US$5,3 miliar," katanya.


Sementara itu, data yang diperoleh
VIVAnews
, menyebutkan, ekspor dari industri garmen turun 30 persen dari US$6,2 miliar jadi US$4,34 miliar. Ekspor sepatu turun 10 persen dari US$1,5 menjadi US$1,35 miliar, sedangkan elektronik berkurang 20 persen dari US$2,5 miliar menjadi US$2 miliar.


Total perusahaan asal Korea di Indonesia saat ini mencapai 796 perusahaan, dengan total karyawan 774.570 orang. Seluruh perusahaan Korea ini menyumbang total ekspor hingga US$10,9 miliar.


Perusahaan Korea dari sektor garmen mencapai 492 perusahaan dengan total karyawan 510.000 orang. Nilai ekspor perusahaan-perusahaan itu mencapai US$6,24 miliar. Total karyawan yang sudah dilepas perusahaan sebanyak 37.500 orang.


Sementara itu, di industri sepatu tercatat 190 perusahaan dengan 155 ribu karyawan, dengan total ekspor US$1,5 miliar. Disebutkan, total karyawan yang sudah diberhentikan sebanyak 18.500 orang.


Perusahaan Korea di bidang elektronik mencapai 55 perusahaan dengan karyawan sebanyak 30 ribu orang. Total ekspor dari sektor ini mencapai US$2,5 miliar, dengan karyawan yang dilepas sekitar 5.000 orang.


Selanjutnya, di sektor mainan dan wig, terdapat 33 perusahaan dengan total karyawan 79.570 orang. Total ekspor tercatat US$655,5 juta dengan karyawan yang sudah dirumahkan 2.680 orang.


Dari data tersebut juga disebutkan bahwa berdasarkan laporan World Economic Forum Global Competitiveness 2012-2013, Indonesia berada pada peringkat 120 dari 144 negara dalam sisi efisiensi. Kondisi ini dikarenakan kapasitas produksi yang rendah, ditambah peningkatan ongkos produksi, sehingga akan membuat situasi tidak nyaman bagi investor asing.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya