BI: Kubu Demokrat dan Republik di AS Tak Akan Biarkan Default Terjadi

Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara (kiri)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Zabur Karuru

VIVAnews - Penghentian aktivitas pemerintahan atau shutdown di Amerika Serikat telah memasuki hari kesembilan, dan belum menunjukkan tanda akan segera berakhir. Kebuntuan politik di parlemen AS bahkan berpotensi menyebabkan negeri Paman Sam itu gagal bayar utang (default).

Seperti diketahui, saat ini total utang AS mencapai US$16,7 triliun dan jatuh tempo untuk dibayarkan pada 17 oktober mendatang. Namun, hingga pekan ini tidak ada kepastian AS memiliki dana untuk bisa membayar utang tersebut.

Datang ke Pemakaman Ibunya, Angger Dimas Berterima Kasih Pada Tamara Tyasmara dan Keluarga

Karena belum ada kesepakatan pemerintah AS dengan parlemen yang dikuasai kubu oposisi dari partai Republik soal anggaran 2013-2014.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara, Kamis 10 Oktober 2013, menilai, meski perselisihan pandangan berlangsung sengit antara Republik dan Demokrat, dua kubu dalam pembahasan anggaran pemerintahan AS tetap tidak akan membiarkan pemerintah AS masuk dalam kondisi gagal bayar.

"Menurut saya, partai oposisi dan partai berkuasa pemerintah AS tidak akan berani membiarkan negaranya default," ujar Mirza kepada VIVAnews.

Menurut Mirza, citra AS sebagai negara adidaya dalam hal ekonomi dan politik sedang dipertaruhkan. Artinya, jika sampai terjadi gagal bayar di AS, itu akan membuat reputasi AS langsung terpuruk dan "Paman Sam" akan kehilangan kepercayaan di pasar global.

"Dampaknya akan signifikan buat ekonomi dan reputasi Amerika serta buat pasar keuangan dunia. Pada akhirnya, mudah-mudahan mendekati batas waktunya kesepakatan anggaran itu akan tercapai," kata Mirza.

Sementara itu, ditemui di tempat terpisah, Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN), Aviliani, mengatakan, jika Amerika default, dana-dana yang sifatnya hot money berpotensi masuk ke pasar keuangan Indonesia.

Namun, Aviliani pun mengingatkan, jangan terlena jika nantinya nilai tukar rupiah agak sedikit menguat, akibatnya masuknya dana tersebut.

"Justru masalah makin besar jika uang itu akan masuk ke sini, dan hati-hati jika nanti rupiah di bawah Rp10 ribu, jangan terlena lagi," kata Aviliani.

Melihat situasi ekonomi dan politik yang berkembang, Aviliani menyarankan agar Indonesia tidak hanya bergantung pada satu mata uang, seperti dolar misalnya. Menurut dia, Indonesia harus mulai mencari pasar baru.

"Jangan hanya gunakan satu mata uang, jangan hanya dolar. Kita bisa cari investor dari luar, misalnya Korea Selatan," kata Aviliani. (art)

Isa Bajaj

Miris! Anak Isa Bajaj Diduga Alami Kekerasan hingga Berdarah saat Bermain di Alun-alun Magetan

Dalam unggahannya, sang pelawak atau komedian Isa Bajaj pun hingga menanyakan tentang keberadaan CCTV di area lapangan basket yang ada di sekitar Alun-Alun Magetan Jateng

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024