Uang Plastik Makin Digemari, Persaingan Negara Pencetak Memanas

Mata uang Dolar AS
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVAnews - Mata uang setiap negara di dunia saat ini sudah dicetak dengan teknologi canggih, seperti koin dengan ukiran atau dengan desain yang rumit. Jauh lebih maju dari zaman purba dulu, di saat transaksi masih menggunakan sistem barter dengan komoditas yang mereka miliki.

Dikutip dari laman CNN Money, Senin 11 November 2011, saat ini berkembang mata uang berbahan plastik yang diminati beberapa negara di dunia. Tetapi, rumit dan mahalnya biaya pembuatan uang berbahan plastik, menyebabkan beberapa negara memilih tidak memproduksi mata uang itu sendiri. Amerika Serikat adalah salah satu negara yang masih mencetak mata uang sendiri.

Salah satu printer pencetak mata uang berbahan plastik yang paling sukses, kini dimiliki Australia. Pencetak mata uang berbahan plastik dengan teknologi tinggi milik Australia ini dikembangkan pada 1980-an dan hanya untuk keperluan dalam negeri.

Program Beasiswa Kuliah S1 di Jepang, Bebas Biaya dan Dapat Uang Saku Rp12 Juta Perbulan

Namun, sejak booming-nya di negara-negara lain, Australia kemudian memonopoli pembuatan mata uang berbahan plastik dan mengekspor ke 20 negara lainnya seperti Chili, Rumania, Thailand, dan Selandia Baru.

Bagi Australia, upaya itu menjadi sumber pendapatan yang cukup besar, nilainya mencapai jutaan dolar setiap tahun. Baru-baru ini, seolah tak mau kalah, Inggris mempromosikan printer DeLaRue. Printer pencetak mata uang berbahan plastik itu diperkirakan menjadi pesaing bagi teknologi dari Australia.

"Seiring dengan waktu, pangsa pasar Australia dari konsumen polymer ini akan menurun," ujar Rick Haycock, seorang kepala riset mata uang.

Menurut dia, kondisi tersebut bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi, akan menimbulkan persaingan, sedangkan di sisi lain berarti ada penerimaan produk yang dikenalkan Inggris ke konsumen.

Kenapa mata uang berbahan plastik berpolemik? Sebagai gambaran, mata uang berbahan plastik akan lebih tahan lama, karena tahan debu, air, dan panas. Namun, biaya untuk mencetak mata uang berbahan plastik ini lebih mahal, sehingga negara harus berhemat.

Pentingnya Mencintai Diri: Melawan Depresi dan Maraknya Percobaan Bunuh Diri

Selain itu, mata uang berbahan plastik rentan dipalsukan, sehingga harus memiliki fitur keamanan khusus seperti adanya hologram dan foil logam.

Fitur keamanan khusus ini sudah populer di Australia. Negara ini mampu mencetak lebih banyak untuk keperluan ekspor, di samping guna penggunaan dalam negeri. Sebanyak 24 negara saat ini sedang mempertimbangkan untuk membuat mata uang berbahan plastik, dua di antaranya India dan Inggris.

Di sisi lain, sejumlah bank sentral mengingatkan untuk mewaspadai adanya perubahan bentuk mata uang. Menurut mereka, modifikasi mata uang suatu negara akan berisiko pada kepercayaan pengguna, mereka harus percaya bahwa mata uang baru mereka memiliki nilai.

Seiring dengan semakin bertambahnya penerimaan dari printer DeLaRue, Inggris pun mulai mengembangkan versi sendiri. Negara ini juga mulai menerima pembuatan mata uang berbahan plastik berwarna untuk Fiji. G&G milik Jerman juga sedang mengembangkan mata uang kertas hibrida dan mata uang berbahan plastik.

Sebagian besar mata uang negara-negara di dunia saat ini memang masih dicetak di atas kertas. Tetapi, mata uang berbahan plastik diperkirakan semakin berkembang di masa mendatang. (art)

VIVA Militer: Bendera Israel

Timur Tengah Memanas, Australia Peringatkan Warganya Segera Tinggalkan Israel

Kementerian Luar Negeri Australia memperingatkan bahwa situasi keamanan dapat memburuk dengan cepat, tanpa adanya pemberitahuan sebelumnya.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024