Kisah Sukses Orang Terkaya Termuda di Afrika

Mohammed Dewji
Sumber :
  • Forbes

VIVAnews Majalah ekonomi Forbes, memprofilkan Mohammed Dewji, pria asal Tanzania yang saat ini masuk daftar 50 orang terkaya di Afrika.

Dikutip dari Forbes, Rabu 4 Desember 2013, setelah menyelesaikan kuliahnya di Georgetown University, Mohammed "MO" Dewji kembali ke Tanzania dan mengambil alih perusahaan perdagangan komoditas milik ayahnya.

Dia kemudian berhasil mengembangkan perusahaan itu menjadi raksasa manufaktur dengan pendapatan US$1,3 miliar per tahun. Dewji diperkirakan menjadi orang terkaya di Afrika pada 2023.

Dewji mulai mengambil alih Mohammed Enterprises Tanzania Limited (METL), perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan komoditas pada 2003.

Statistik Mengerikan Harry Kane Lawan Arsenal

Siapa sangka, Dewji mampu mengembangkan perusahaan itu menjadi salah satu perusahaan terbesar di Afrika Timur.

Tidak hanya berfokus pada perdagangan komoditas, perusahaan itu juga bergerak di bidang manufaktur, distribusi, pengangkutan, penyimpanan, dan real estate. Pendapatan perusahaan ini mencapai US$1,3 miliar per tahun dan memiliki 20.000 tenaga kerja.

Dewji diperkirakan memperoleh keuntungan US$500 juta dan masuk daftar 50 orang terkaya di Afrika yang dirilis Forbes di usianya yang ke-38 tahun. Dia menjadi orang kaya termuda dalam daftar itu.

Sebelumnya, setelah mendapat gelar sarjana bidang studi bisnis internasional dan keuangan, dia bekerja di kawasan finansial Wall Street, Amerika Serikat. Dia bekerja 100 jam dalam seminggu dan mendapat gaji US$60.000 dalam setahun.

Namun, biaya menyewa apartemen di negeri Paman Sam itu menguras penghasilannya per tahun, sehingga beberapa bulan bekerja di Wall Street, dia membutuhkan uang tambahan dari ayahnya.

"Suatu hari, saya menelepon ayah saya dan meminta tambahan uang. Sewa apartemen kecil di Manhattan mencapai US$30.000 per tahun, belum dengan biaya hidup di sana. Hidup terasa benar-benar mahal," ungkap Dewji.

Tetapi, ayah Dewji menolak untuk memberikan uang. Dia meminta Dewji untuk kembali ke Tanzania dan bergabung dengan bisnis keluarga yang sudah dijalankannya.

"Dia bilang aku hanya membuang waktu saja bekerja di Amerika Serikat," jelasnya.

Kembali ke Tanzania
Dewji yang saat itu berusia 23 tahun akhirnya mengikuti perintah ayahnya dan pulang ke Tanzania. Saat itu, pada 1999, Mohammed Enterprises Tanzania Limited, menjadi perusahaan yang berfokus pada perdagangan.

Pendapatan setahun perusahaan itu hanya US$30 juta. Mohammed Enterprises Tanzania Limited mengimpor dan menjual kembali barang-barang seperti garam, gula, biskuit, tusuk gigi, dan pakaian. Perusahaan itu juga memiliki bisnis transportasi, namun bisnis intinya adalah di bidang perdagangan.

"Perdagangan menyumbangkan pendapatan terbesar, tetapi menurutku itu terlalu pasif. Misalnya, kami mengimpor sabun, kenapa harus impor? Kenapa tidak memproduksi sendiri," papar pria yang sering dipanggil Mo itu.

Dewji pun mengusulkan ke ayahnya agar perusahaan itu mulai memproduksi sendiri barang-barang tertentu. Pada awalnya, ayah Dewji menolak dengan alasan akan membutuhkan modal lebih besar. Dia meminta Dewji untuk fokus pada bisnis yang selama ini sudah dijalankan perusahaan.

Tetapi, Dewji menolak tetap berada di zona nyaman. Dia mulai mempelajari model bisnis, melakukan penelitian, dan studi kasus. Pada 2003, pemerintah Tanzania melelang beberapa aset yang dimiliki, karena negara dalam kondisi krisis.

"Perusahaan milik negara terancam bangkrut, sehingga pemerintah terpaksa melelang perusahaan itu. Ini kesempatan yang saya tunggu. Menggunakan fasilitas yang sudah ada akan lebih ekonomis dibandingkan harus mendirikan perusahaan dari awal," ungkapnya.

Dewji, yang waktu itu berusia 29 tahun, meminjam uang US$1 juta kepada ayahnya dan membeli sebuah pabrik sabun. Dia juga mengakuisisi perusahaan minyak goreng dan pabrik tekstil yang hampir bangkrut.

Dengan menerapkan perampingan manajemen, investasi di bidang teknologi, dan menempatkan seseorang yang sudah berpengalaman serta memangkas sebagian besar biaya yang harus dikeluarkan, Dewji akhirnya bisa membuat perusahaan-perusahaan itu membukukan keuntungan dalam dua tahun.

Saat ini, Dewji menjabat sebagai Chief Executive Officer (CEO) di METL Group, pemain terbesar di industri tekstil di Afrika Timur. Adapun beberapa perusahaan yang dia peroleh dari pemerintah di antaranya 21st Century Textiles Limited, perusahaan yang memproduksi pakaian, kitenge and khanga (kain tradisional wanita Afrika). Perusahaan ini bisa memproduksi 50 juta meter kain per tahun.

Dua pabrik tekstil lainnya, Afritex and Musoma, juga memproduksi 50 juta meter kain per tahun. Selain itu, pabrik minyak goreng yang diakuisisi pada 2005, yang bernama East Coast Oils and Fats, saat ini menjadi produsen minyak dan sabun yang mendominasi Afrika.

Seiring dengan ekspansi yang dilakukannya, Dewji pun mulai masuk ke bisnis minyak bumi, pertanian, dan properti di dalam maupun luar Tanzania.

Sebelumnya, Dewji memang sudah berkomitmen untuk menjadi konglomerat besar di Afrika dan berjanji menjadi orang terkaya di kawasan itu dalam beberapa tahun.

"Beri aku waktu 10 tahun. Aku akan menjadi orang terkaya di Afrika," janjinya. (art)

Haru! Ayah Babe Cabita Ungkap Detik-detik Terakhir Sang Komedian Sebelum Meninggal
Seorang wanita paruh baya dibacok oleh anak kandungnya yang berinisial A(42) dikawasan Cengkareng Jakarta Barat, Selasa 9 April 2024 siang.

Jelang Lebaran, Anak Ini Justru Bacok Ibu Kandung dengan Pisau Daging

Peristiwa pembacokan yang dilakukan seorang anak terhadap Ibu kandungnya terjadi di Cengkareng, Jakarta Barat pada hari Selasa, 9 April 2024.

img_title
VIVA.co.id
9 April 2024