China Pemain Terbesar Perdagangan Dunia?

Bandar Udara Internasional Beijing
Sumber :
  • REUTERS
VIVAnews
CEO Freeport Temui Jokowi di Istana, Bahas Smelter hingga Perpanjangan Izin Tambang
- Data terbaru menunjukkan volume perdagangan China pada Desember tahun lalu tercatat US$389,8 miliar atau mencetak rekor bulanan. Dilansir
Forbes
Peremajaan Sawit Jauh dari Target, Airlangga: Hanya 50 Ribu Hektare per Tahun
, Senin 13 Januari 2014, ekspor China menyumbang pendapatan yang spektakuler, yakni mencapai US$207,7 miliar.
Kasus DBD Melonjak Tajam di Jakarta, Dinkes DKI Ungkap Penyebabnya

"Hal ini sangat mungkin, China telah menyusul Amerika Serikat menjadi negara dengan perdagangan barang terbesar di dunia pada 2013 untuk pertama kalinya," ujar Zheng Yuesheng, Juru Bicara Administrasi Umum Bea Cukai China.

Tahun lalu, kinerja perdagangan negeri Tirai Bambu itu memang mengesankan. Untuk pertama kalinya, perdagangan China hampir mencapai US$4 triliun.

Sepanjang 2013, ekspor China mencapai US$2,21 triliun. Impor China juga naik menjadi US$1,95 triliun. Kenaikan 7,6 persen pada total perdagangan China hampir mendekati target pertumbuhan perdagangan pada tahun ini sebesar 8 persen.

"Tahun lalu menjadi tonggak penting bagi pengembangan perdagangan luar negeri kami," imbuh Zheng.


Beberapa pihak percaya dengan data perdagangan yang dikeluarkan oleh Beijing, meskipun beberapa waktu lalu beredar isu data transaksi ekspor fiktif pada tahun lalu.


Seorang analis menuturkan, jika data ekspor yang sebenarnya dilaporkan, meskipun jumlahnya berkurang, China tetap lebih unggul dari Amerika Serikat.


Departemen Perdagangan China pada 2013 merilis angka perdagangan bulanan, perdagangan China lebih besar US$250 miliar dari Amerika Serikat.


Jadi, seberapa buruk statistik perdagangan China? Para ahli ekonomi, ketika membahas keandalan data-data tahun lalu, selalu mencurigai ekspor pada Januari-April ke Hong Kong, yang meskipun bagian dari negara Republik Rakyat China, tetapi secara yuridis terpisah untuk tujuan pabean.


Data yang dilaporkan Bea Cukai China menyebutkan, sumbangan ekspor ke Hong Kong sebesar 57,2 persen. Kondisi ini menimbulkan kecurigaan adanya transaksi palsu untuk menutupi arus masuk modal ke China.


Dalam empat bulan tersebut, data itu menyebutkan, aliran
hot money
ke China dari para investor meningkat. Dana-dana itu diputar dengan tujuan mendapatkan uang tunai dalam penguatan yuan dan suku bunga yang tinggi.


Hal tersebut akan berkontribusi terhadap distorsi data perdagangan yang dipicu aksi pemindahan dana oleh spekulan, karena adanya celah regulasi yang bisa dimanfaatkan.


Pada saat yang sama, menurut data itu, eksportir diduga melakukan penipuan pajak pertambahan nilai (PPN) dengan menunjukkan dokumen palsu ekspor ke Hong Kong. Tetapi, belum pernah ada yang menyebutkan ekspor palsu ke Hong Kong selama empat bulan kurang dari US$250 miliar.


Global Financial Integrity, perusahaan riset dan advokasi
non profit
, membandingkan data statistik China dan Hong Kong serta menemukan bahwa ekspor China ke Hong Kong pada kuartal pertama tahun lalu, seperti data yang dilansir Beijing, adalah US$54,6 miliar. Data ini lebih besar dibanding data impor Hong Kong ke China, seperti yang dilansir Hong Kong pada periode yang sama.


Meskipun pihak berwenang China menindak tegas laporan faktur palsu itu, tetapi perbedaan data itu pada kuartal II tahun lalu juga besar.


Tampaknya, perusahaan riset itu menyebutkan, pada semester pertama tahun lalu, dana US$93 miliar secara ilegal masuk ke China melalui faktur palsu yang melibatkan ekspor ke Hong Kong.


Ekspor fiktif ke Hong Kong pada semester pertama tahun lalu ternyata belum berakhir. Transaksi palsu muncul kembali pada awal Juli.


Reuters
memberitakan adanya ekspor tak terduga pada September yang diduga aliran
hot money
sebesar US$16 miliar, dan ditemukan transfer ilegal pada Oktober sebesar US$24 miliar.


Meskipun data pertumbuhan ekspor pada Desember mengecewakan, yakni hanya 4,3 persen, tetapi data itu perlu diperiksa ulang, mengingat ekspor itu melonjak sangat tinggi jika dibandingkan dengan Desember 2012.


Masalah meluas

Kebangkitan ekspor palsu China setelah adanya tindakan tegas pada Mei menunjukkan masalah telah meluas. Pengawasan nilai mata uang China yang ketat tidak sesuai pada mereka yang bertekad untuk memindahkan uang ke negara itu.


Statistik China yang terdistorsi oleh dokumen ekspor palsu juga menyebabkan China terus mengambil uang dari mereka. Bea Cukai China melansir data-data resmi. Zheng bahkan secara khusus membela data statistik ekspor China ke Hong Kong.


Itu artinya, angka perdagangan Beijing pada 2013 memang perlu dicurigai ketidaktelitiannya. Publik kini menunggu data produk domestik bruto (PDB) resmi China yang dijadwalkan akan dilansir Biro Statistik Nasional China pada 20 Januari 2014.


Karena, Bea Cukai China menolak untuk menyatakan kembali angka perdagangan China yang valid. Satu-satunya cara untuk memahami posisi perdagangan China adalah dengan cek silang dengan negara-negara yang menjadi mitra dagang China.


Variannya pasti jauh lebih besar, bukan hanya dengan Hong Kong. Sebelumnya, China melaporkan ekspor ke Korea Selatan pada 2012 meningkat 5,7 persen. Padahal, Korea Selatan melansir data bahwa impor dari China pada tahun itu justru turun 6,8 persen.


Sebuah catatan di sini adalah, banyak perdagangan Korea Selatan dengan China tidak melewati pelabuhan selatan Hong Kong.


Zheng pada akhirnya mungkin benar bahwa China menguasai perdagangan terbesar di dunia. Tetapi, saat ini, tidak ada informasi yang cukup untuk memverifikasi apa yang telah diklaimnya.   

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya