Bakrie Foundation Gelar Diskusi Soal Masa Depan Ekonomi ASEAN

Vikram Nehru
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVAnews - Bakrie Center Foundation (BCF) menggelar konferensi tentang ekonomi pada Senin malam, 27 Januari 2014. Acara kali ini mengangkat hal-hal yang berkaitan dengan perekonomian ASEAN. Salah satunya adalah perekonomian global akibat tapering off (pengurangan stimulus).

Dalam konferensi pers yang berjudul "The Changing Strategic and Economic Landscape of Southeast Asia: Issues and Challenges", hadir beberapa narasumber.

Menkes: Kalau Mau Mencapai Indonesia Emas 2045, Masyarakat Harus Sehat dan Pintar

Mereka, yaitu Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dewi Fortuna Anwar; ekonom Bank Dunia wilayah Asia Timur dan Pasifik, Sjamsu Rahardja; Vice President for Studies at The Carnegie Endowment for International Peace, Douglas Paal; Associate Professor at The S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Pradumna Rana; dan seorang anggota penasihat Government Parliamentary Committee on Defence and Foreign Affair (GPC-DFA), Leornard C. Sebastian.

Selain itu, perwakilan BCF untuk kebijakan publik di Carnegie Endowment, Washington, Amerika Serikat, Vikram Nehru, hadir dalam konferensi tersebut sebagai moderator.

Dalam konferensi yang dibalut dalam video conference ini, permasalahan perekonomian wilayah Asia, khususnya Asean mulai dibahas. Misalnya, Nehru menyoroti perbaikan perekonomian global, terlebih dengan pulihnya perekonomian Amerika Serikat. Tentunya, hal ini berdampak kepada negara-negara berkembang.

"Yang kedua, pelemahan perekonomian China juga berdampak kepada perekonomian global," kata dia.

Lalu, Dewi menjelaskan permasalahan-permasalahan yang dihadapi perekonomian Indonesia, misalnya Pemilu 2014. "Kami tidak tahu siapa yang akan menjadi presidennya dan apa regulasinya bagi perekonomian bangsa," ujarnya.

Kemudian, Sjamsu menyebut Indonesia hampir seluruhnya terlibat dalam perjanjian-perjanjian di kawasan Asia Tenggara. Hal inilah yang menjadikan Sjamsu meminta Indonesia "berbenah".

"Infrastruktur di Indonesia seharusnya ditingkatkan. Dalam perekonomian global, ada potensi yang besar untuk tumbuh. Kesempatan ini harus digunakan," kata Sjamsu.

Sementara itu, pihak BCF menyatakan bahwa tujuan penyelenggaraan konferensi ini untuk mempromosikan pemahaman ekonomi ASEAN kepada Indonesia dan ASEAN itu sendiri.

"ASEAN kan, sudah 47 tahun. Bangsa ASEAN ini sebenarnya belum sepenuhnya terlibat. Nanti, pada AEC 2015 (Asean Economic Society--Masyarakat Ekonomi Asean), kita mau tidak mau terlibat," kata Chief Executive Officer (CEO) BCF, Imbang J. Mangkuto.

Imbang mengatakan, pihak "foundation" ini berharap akan ada peningkatan pemahaman terkait dengan permasalahan ekonomi Asean, termasuk MEA. Jelang MEA 2015, pihak ini akan rutin menyelenggarakan acara serupa beberapa kali. Rencananya mereka akan menggelar acara serupa selama 7-8 kali dan dilakukan tiga bulan sekali.

Ia menambahkan, pihaknya juga berencana untuk mengundang pihak-pihak lain seperti China, Jepang, Thailand, dan Taiwan terkait pendapat mereka tentang Asean.

Rasio Utang Pemerintah 2025 Ditargetkan Naik Jadi 40 Persen, Kemenkeu Buka Suara
Ilustrasi anak-anak.

Global Action Needed to Protect Children from Lethal Explosive Weapons

UNICEF Deputy Executive Director Ted Chaiban emphasized the huge impact on children, saying children can feel the pain in all aspects of their lives.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024