Tenaga Aktuaris RI Kurang Jelang Berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN

Anggota Dewan Komisioner OJK, Firdaus Djaelani
Sumber :
  • VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVAnews
Hakim Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Kode Etik Meski Punya Jabatan di Asosiasi Pengajar HTN
- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku bahwa jumlah tenaga aktuaris di Indonesia kurang. Padahal, tenaga ini diperlukan industri asuransi untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.

Qualcomm Snapdragon X Plus, Chipset Pendukung Laptop AI

"SDM kami memang kurang persiapan menghadapi MEA. Kami memprediksi jumlah aktuaris yang dibutuhkan sekitar 700 orang, tetapi yang ada di pasar hanya 175 orang, belum termasuk yang pensiun," kata Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank OJK, Firdaus Djaelani, dalam seminar bertajuk "Kesiapan Industri Asuransi di Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015" di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Selasa 25 Maret 2014.
Ganjar Beri Sinyal PDIP di Luar Pemerintahan, Gerindra Tetap Ajak Bersama-sama


Untuk itu, Firdaus melanjutkan, OJK mempunyai program khusus dan
fast track program
, yaitu meminta perusahaan-perusahaan aktuaris yang menerima lulusan matematika untuk dilatih menjadi tenaga aktuaris. "Nantinya, mereka akan magang di perusahaan asuransi," ujarnya.


Kemudian, otoritas ini juga punya program khusus demi memperbanyak tenaga aktuaris untuk perusahaan asuransi umum, sehingga lulusan apa pun tidak jadi masalah, yang penting pernah mempelajari matematika saat kuliah.


"Kami meminta perusahaan asuransi mengirimkan pegawainya untuk mengikuti program eksekutif yang diselenggarakan Jumat-Sabtu siang," kata Firdaus.


Sayangnya, program ini kurang berjalan lancar. Bahkan, Firdaus sempat kaget karena ada sedikit perusahaan yang mengirimkan pegawainya untuk dilatih menjadi tenaga aktuaris.


"Dari 86 perusahaan asuransi umum, kalau ditambah perusahaan reasuransi ada 90, hanya ada 30 perusahaan yang mengirimkan pegawainya. Dari 50 perusahaan asuransi jiwa, ada 40 perusahaan yang tidak mengirimkan pegawainya. Jadi, saya agak kaget. Kata mereka, memang tidak ada orang," ujarnya.


Selain itu, Firdaus menambahkan, pegawai perusahaan asuransi merasa sungkan untuk mengikuti program ini. Alasannya, takut tidak lulus. "Mereka tidak berani. Kalau tidak lulus, berpengaruh kepada reputasi perusahaan," kata dia. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya