Tips Sukses Anak Petani Miskin yang Berhasil Menjadi Miliarder

Harry Stine
Sumber :
  • Forbes
VIVAnews
Shin Tae-yong Beber Kondisi Pemain Indonesia U-23: Sangat Down!
- Harry Stine, miliarder asal daerah Adel, Lowa, Amerika Serikat ini memiliki jumlah kekayaan mencapai US$3 miliar. Tak ada yang menyangka pria berusia 71 tahun itu lahir dari keluarga petani miskin.
Proyek Kantor Prabowo di IKN Senilai Rp 1,7 Triliun Mulai Dilelang

Dilansir
Rusia Tiba-tiba Pindahkan Rudal Supersoniknya ke Timur Tengah, Bantu Iran?
Forbes , Kamis 3 April 2014, Stine mengumpulkan kekayaannya dengan merevolusi industri pertanian. Dia adalah pemilik Stine Seed, perusahaan penyedia bibit unggul pertanian terbesar di dunia. Perusahaan ini telah mengembangkan bibit-bibit unggul produk pertanian yang paling dibutuhkan di dunia.

Saat ini Stine masih terus melakukan penelitian untuk menemukan bibit unggul tanaman pertanian. Bibit yang paling terkenal di dunia yakni bibit jagung yang bisa membantu petani melipatgandakan hasil panennya. Selain itu, bibit kedelai yang bisa menghasilkan tanaman kedelai lebih panjang dari kedelai biasanya.

Stine dibesarkan dalam kemiskinan pada ladang pertanian yang sama di tempat ia tinggal saat ini. Bedanya, kini dia menjadi bos dari kerajaan bisnis yang dibangunnya. Jiwa kewirausahaan dan keinginan menghasilkan produk yang inovatif telah mengantarkannya menjadi miliarder dunia.

Stine sering menjadi pembicara di acara summits dan
gathering entreprenership
di kotanya untuk berbagi tips dan ilmu menjadi entrepreneur. Forbes kemudian menyusun beberapa tips dan wawasan bisnis yang dimiliki oleh Stine.


1. Dia mendapatkan gelar diploma di bidang kesenian


Stine adalah lulusan McPherson College, sebuah sekolah seni kecil di Kansas. Ilmu yang dia dapatkan tidak digunakan selama dia berkutat di bisnis pertanian. Tetapi, beberapa pelatihan yang dia ikuti sangat bermanfaat bagi perkembangan bisnisnya.


Misalnya, pelatihan terkait hukum bisnis. Stine menjadi orang pertama di bisnis pertanian yang mematenkan temuan bibit unggulnya.


2. Memiliki jiwa entrepreneur

Meneliti untuk menemukan bibit unggul membuat Stine menyadari satu hal yakni seseorang bisa berhasil menjadi entrepreneur jika memiliki passion atau kecenderungan di bidang itu. Keyakinan itu murni muncul dari dalam dirinya.


3. Mampu beradaptasi

Menurut Stine, setiap industri terus berubah. Seorang pengusaha harus mampu beradaptasi dengan perubahan itu dan bergerak terus maju. Jika tidak, sebaiknya pengusaha itu memilih keluar dari yang selama ini ditekuninya.


Stine mengaku terus meneliti bibit yang telah ditemukannya, terus berinovasi, dan meningkatkan jaringan ritel pemasarannya, serta membangun laboratorium bioteknologi yang kompetitif.


4. Jangan membuat alasan


Saat muda, Stine harus berjuang mati-matian untuk sekolah karena dia menderita autis. Pada 1940an, Stine didiagnosa menderita
high-functioning autism
. Namun, dia tidak pernah merasa kasihan pada dirinya sendiri. Kekurangan yang ada padanya, tidak pernah ia gunakan sebagai alasan untuk tidak ambisius.


5. Cinta pada yang dikerjakan


Setiap hari, Stine selalu tiba di kantor jam 6.15 pagi, tujuh hari dalam sepekan. Dia tidak pernah absen datang ke kantor dan bekerja selama berjam-jam.


Hasilnya, bibit unggul yang ditemukannya mendominasi industri pertanian. Perusahaannya mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar sejenis lainnya seperti Monsanto MON, Syngenta dan DuPont.


"Saya bekerja tujuh hari dalam seminggu, hanya pada hari Minggu saya hanya bekerja setengah hari. Saat Anda sukses, Anda bisa menyewa orang untuk pergi memancing, Anda bisa menyewa orang untuk bermain golf, Anda bisa melakukan hal-hal menyenangkan lainnya," ujarnya.


6. Ketrampilan melakukan negosiasi


Menurutnya, hal ini menjadi salah satu kunci sukses seorang pengusaha. Seorang pengusaha harus mampu mengendalikan emosinya saat melakukan kesepakatan. Stine mengatakan jika sesorang sangat membutuhkan suatu hal, maka biasanya akan sulit mengendalikan emosinya.


"Lihat, saya akan bertindak seolah-olah tidak peduli. Dalam negosiasi, sangat penting untuk tidak peduli sehingga Anda mampu mengendalikan sikap dan emosi," katanya.


7. Memperlakukan karyawan dengan baik


Beberapa tahun yang lalu, Stine memberikan bonus tahunan sebesar US$1.000 per karyawan. Natal tahun lalu, Stine juga memberikan tambahan US$1 per jam pada gaji karyawannya. Dia memang dikenal sebagai orang yang dermawan.  (eh)


 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya